Namun di samping itu keberadaan pondok pesantren yang menjangkau pelosok mampu mengembangkan masyarakat Islam yang solid dan mampu menentang Belanda.
Pada akhirnya kelompok ini menjadi salah satu garis pertahanan dalam melawan penjajahan dan merebut kemerdekaan dari masa kolonial Belanda hingga Jepang.
Salah satu contoh adalah pesantren pimpinan KH Zainal Mustafa di Singaparna, Tasikmalaya yang mengadakan perlawanan pada era penjajahan Jepang.
Ia memanfaatkan mimbar untuk menyerang kebijakan politik dari era Kolonial Belanda hingga memberontak pada penjajah Jepang.
Setelah kemerdekaan, peran pesantren juga masih aktif dalam mempertahankan kemerdekaan.
Salah satunya adalah peran kiai di Jawa Timur yang memompa semangat jihad melawan Inggris pada peristiwa 10 November di Surabaya.
Referensi: