Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Landbouwkundige Faculteit, Cikal Bakal IPB

Kompas.com - 08/10/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Landbouwkundige Faculteit merupakan cikal bakal dari berdirinya Institut Pertanian Bogor pada 1 September 1963, diresmikan oleh Presiden Soekarno.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, didirikan perguruan tinggi darurat dengan nama Nood-Universiteit di Jakarta tanggal 21 Januari 1946. 

Nood-Universiteit ini mengelola lima fakultas, salah satunya adalah Landbouwkundige Faculteit (Fakultas Pertanian). 

Baca juga: Europeesche Lagere School (ELS) dan Perkembangannya

Sejarah Landbouwkundige Faculteit

Sejak masa kolonial, Bogor telah menjadi tempat representatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai flora dan fauna. 

Oleh sebab itu, pemerintah kolonial mendirikan lembaga penelitian terkait flora dan fauna di Bogor, salah satunya Lands Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor.

Kebun Raya Bogor diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda GAG Gerard Philip Baron van der Capellen tanggal 18 Mei 1817. 

Selain Kebun Raya Bogor, ada pula Algemen Proefstation voor de Landbouw atau Lembaga Penelitian Pertanian. 

Sejak 1918, gagasan mengenai pendirian Landbouwhogeschool (Sekolah Tinggi Pertanian) telah dibicarakan. 

Akan tetapi, rencana pendirian Landbouwhogeschool di Bogor tidak mudah. Beberapa kalangan merasa keberatan dengan rencana tersebut, karena mereka sudah disibukkan dengan tugas-tugas riset yang dibebankan pemerintah. 

Selain itu, aturan pendirian institusi pendidikan tinggi atau universitas pada saat itu juga sangat lah rumit. 

Berdasarkan Keputusan Ratu Belanda tanggal 6 Juni 1905, suatu insititusi baru dapat dinamakan universitas jika sudah memiliki lima fakultas.

Baca juga: Algemeene Middelbare School (AMS), SMA Hindia Belanda

Mengetahui hal tersebut, beberapa tokoh pun mengupayakan agar di Hindia Belanda dapat segera berdiri perguruan tinggi.

Tokoh-tokoh yang memperjuangkannya adakah Abdul Rivai, dokter bumiputra lulusan Eropa sekaligus jurnalis dan aktivis pergerakan nasional yang pada 1918 menjabat sebagai anggota Dewan Rakyat. 

Selain Abdul Rivai, ada pula Hoesein Djajadiningrat, orang Indonesia pertama yang bergeral guru besar. 

Hoesein dengan gigih mengupayakan pendirian perguruan tinggi di Hindia Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com