Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Khusus Terjadinya Perang Diponegoro

Kompas.com - 01/10/2021, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang Diponegoro berlangsung dari tahun 1825 dan baru berakhir pada 1830.

Pertempuran yang bermula di Yogyakarta ini meluas ke banyak daerah di Jawa hingga sering disebut sebagai Perang Jawa.

Perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro ini memakan korban sekitar 200.000 jiwa dari penduduk pribumi. Sementara di pihak Belanda diperkirakan telah gugur sekitar 10.000 nyawa.

Dalam memimpin perang, Pangeran Diponegoro dibantu oleh pejuang-pejuang hebat seperti Mangkubumi, Kyai Modjo, dan Sentot Prawirodirdjo.

Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda berkobar setelah Belanda melakukan serangkaian aksi yang memicu kemarahan Pangeran Diponegoro.

Selain itu, terdapat sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro, yaitu pematokan tanah oleh Belanda di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Baca juga: Perang Diponegoro: Penyebab, Strategi, dan Dampaknya

Konflik Pangeran Diponegoro dengan Smissaert

Pangeran Diponegoro memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo, adalah putra Sultan Hamengkubuwono III.

Pada 1825, Belanda dengan sengaja menanam patok-patok untuk membuat jalan di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Hal itulah yang membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak, dan menyatakan sikap perang terhadap Belanda.

Sebelum insiden anjir atau patok tersebut, pada 1823, Jonkheer Anthonie Hendrik Smissaert diangkat sebagai residen Yogyakarta.

Tanpa diketahui sebabnya, tokoh Belanda ini dikenal sebagai sosok yang sangat anti terhadap Pangeran Diponegoro.

Ketiadaan pemimpin yang berwibawa di lingkungan keraton membuat para pejabat Belanda, termasuk Smissaert berbuat semaunya.

Smissaert bahkan selalu duduk di kursi yang disediakan untuk sultan ketika diadakan rapat resmi.

Konflik pribadi antara Pangeran Diponegoro dengan Smissaert semakin tajam sesudah peristiwa saling mempermalukan di depan umum dalam sebuah pesta di kediaman residen.

Kala itu, Pangeran Diponegoro terang-terangan menentang Smissaert. Hal itulah yang membuat Smissaert bekerjasama dengan Patih Danurejo untuk menyingkirkan Pangeran Diponegoro dari istana Yogyakarta.

Baca juga: Benteng Stelsel, Taktik Belanda untuk Kalahkan Pangeran Diponegoro

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com