Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul dan Sejarah Kota Sorong

Kompas.com - 28/09/2021, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat.

Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Minyak karena Nederlands Nieuw-Guinea Petroleuim Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan pengeboran minyak bumi di Sorong sejak 1935.

Sorong menjadi kota terbesar di Provinsi Papua Barat serta kota terbesar kedua di Papua setelah Jayapura.

Nama Sorong sendiri berasal dari kata soren dari bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang terdalam dan bergelombang.

Baca juga: Sejarah Papua Nuigini dan Bentuk Bilateral dengan Indonesia

Asal Usul Nama Sorong

Kata soren pertama kali digunakan oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain.

Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama daratan maladum dengan sebutan soren.

Para pedagang Tionghoa, Misionaris dari Eropa, Maluku dan Sangihe talau dengan sebutan Sorong.

Baca juga: Benteng Fort Du Bus, Tanda Kekuasaan Belanda di Papua

Sejarah Sorong

Masa Kolonial Belanda (1935) 

Tahun 1935, pada masa Hindia Belanda, Sorong dijadikan sebagai base camp Bataafse Petroleum Maatschappij dengan pusat pemerintahan di Pulau Doom.

Masa Pemerintahan Indonesia

Setelah Irian Barat diserahkan secara penuh oleh penguasa sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada pemerintah Republik Indonesia, maka tahun 1965 diangkat seorang wakil Bupati Koordinator di SOrong.

Tugas wakil bupati tersebut adalah:

  1. Mengkoordinir pelaksanaan tugas pemerintah oleh Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Sorong, Raja Ampat, Teminabuan, dan Ayamaru.
  2. Mempersiapkan pemecahan Kota Irian Barat bagian Barat menjadi dua kota.

Lalu, tahun 1969, setelah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) selesai dilakukan, maka status Kota Sorong berubah dari Kota Administratif menjadi Kota Otonom. 

Namun, pergantian status ini tidak merubah pembagian wilayah sampai akhir tahun 1972, sebagai berikut:

  • Wilayah Pemerintahan Setempat Sorong dengan ibu kota Sorong
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Raja Ampat dengan ibu kota Sorong Doom
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Teminabuan dengan ibu kota Teminabuan
  • Wilayah Pemerintahan Setempat Ayamaru dengan ibu kota Ayamaru

Baca juga: Sejarah Irian Barat hingga Bergabung ke Indonesia

Perubahan Status 

Tahun 1983, Bupati Sorong Letkol Laut Sutaji, Ketua Dewan Perwakiltan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sorong Yulianus Sesa, dan rakyatnya berinisiatif mengusulkan kepada Pemerintah Pusat.

Melalui Gubernur Irian Jaya Akub Zainal, ia mengusulkan agar Kecaamatan Sorong sebagai Ibu Kota Kabupaten Sorong ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif.

Akhirnya, tahun 1996, lahir Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kota Administratif Sorong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com