Pada periode ini, masyarakatnya tidak hanya membuat perhiasan dari batu dan kulit kerang, tetapi juga dari bahan perunggu.
Gelang dan cincin perunggu pada umumnya tanpa hiasan, tetapi ada pula yang dihias dengan pola geometris atau pola bintang.
Gelang yang mempunyai hiasan pada umumnya berukuran besar dan tebal. Sedangkan yang kecil biasanya tidak dihias dan digunakan sebagai alat tukar atau benda pusaka.
Pola hias yang dikenal masyarakat saat itu adalah pola tumpal, garis, tangga, duri ikan, dan spiral.
Di Kedu, Jawa Tengah, ditemukan mata cincin berbentuk seekor kambing jantan, yang mirip dengan bentuk hewan dari gaya seni Ordos (Mongolia).
Gelang dan cincin perunggu tersebut ditemukan hampir di semua daerah perkembangan budaya perunggu di Indonesia.
Referensi: