KOMPAS.com - Kehidupan masyarakat praaksara mengalami fase food gathering dan food producing.
Food gathering adalah masa di mana manusia purba mempertahankan hidupnya dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan atau meramu.
Sedangkan food producing adalah corak kehidupan manusia praaksara yang artinya memproduksi makanan dengan cara beternak dan bercocok tanam.
Lantas, apa perbedaan food gathering dan food producing pada zaman prasejarah?
Kehidupan manusia purba pada masa berburu dan masa meramu yang masih sangat tergantung pada alam sekitarnya disebut food gathering.
Pola kehidupan ini terjadi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, atau bersamaan dengan Zaman Paleolitikum dan Mesolitikum.
Pada masa ini, kehidupan manusia purba masih sangat tergantung pada alam sekitarnya. Segala daya masyarakatnya pun ditujukan untuk berhasilnya usaha memenuhi kebutuhan makan.
Oleh karena itu, manusia purba hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden), mengikuti tempat yang cukup banyak menyediakan bahan makanan dan air.
Baca juga: Nomaden: Sejarah dan Perkembangannya
Biasanya, mereka hidup di dekat sungai atau danau, di mana hewan buruannya mencari minum.
Hewan yang diburu saat itu adalah babi, kerbau, banteng, rusa, monyet, ikan, dan masih banyak lainnya.
Perburuan dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari laki-laki, dan hasilnya dibagi untuk keluarga mereka.
Teknologi yang dikuasai masa food gathering masih sangat rendah, di mana hampir semua alat yang digunakan bentuknya begitu sederhana.
Untuk menangkap hewan buruan, manusia purba menggunakan alat-alat dari kayu dan tulang, memasang jebakan, serta menggiring hewan ke arah jurang yang terjal.
Sementara itu, kegiatan meramu atau mengumpulkan makanan dilakukan oleh perempuan.
Makanan yang dikumpulkan berupa umbi-umbian seperti keladi, buah-buahan, biji-bijian, dan daun-daunan.
Peran perempuan sangat penting dalam memilih tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan dan membimbing anak-anak dalam meramu.
Hasil budaya yang khas pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana adalah kapak perimbas.
Baca juga: Corak Kehidupan Manusia Zaman Prasejarah
Dalam perkembangannya, manusia purba mengalami transisi dari food gathering ke food producing.
Perubahan dari food gathering ke food producing terjadi pada Zaman Neolitikum.
Periode ini disebut sebagai Revolusi Neolitik karena dianggap sebagai periode revolusi besar-besaran dalam peradaban manusia, di mana terjadi perubahan yang mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan manusia.
Pada masa food producing, manusia purba dapat memproduksi makanan sendiri dengan cara beternak dan bercocok tanam.
Oleh karena itu, masyarakatnya mulai meninggalkan hidup nomaden untuk tinggal menetap.
Namun pada awalnya, praktik bercocok tanam masih dilakukan dengan amat sederhana dan berpindah-pindah menurut keadaan kesuburan tanah.
Setelah tanah pertanian dianggap tidak subur lagi, mereka akan berpindah untuk mencari lahan baru.
Tanaman yang dibiakkan pada masa ini misalnya adalah keladi, ubi, sukun, pisang, gandum, padi, kentang, jagung, kedelai, dan beberapa jenis buah-buahan.
Di sisi lain, masyarakatnya juga telah mengenal teknik penjinakan hewan dan bertukar barang.
Hewan-hewan seperti anjing, babi, kerbau, kuda, dan jenis-jenis unggas akan dipelihara untuk persediaan makanan dan keperluan pertanian.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia prasejarah pada periode ini kerap menukar hasil bercocok tanam mereka.
Manusia prasejarah yang telah mengembangkan budaya pertanian adalah Homo sapiens.
Referensi: