KOMPAS.com - Manusia purba diketahui telah mengembangkan teknologi, meskipun belum mengenal tulisan ataupun bahasa.
Teknologi yang dikembangkan tentunya masih sangat sederhana, yaitu bermula dari bebatuan.
Oleh manusia purba, bebatuan yang ditemukan di alam sekitar digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Teknologi bebatuan ini berkembang dalam kurun waktu yang sangat panjang. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar para ahli membagi kebudayaan zaman batu ke dalam tiga zaman, yaitu Paleolitikum (batu tua), Mesolitikum (batu madya), dan Neolitikum (batu tengah).
Berikut ini merupakan proses perkembangan teknologi pada masa manusia purba di Indonesia.
Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari bahan batu dan tulang.
Teknologi sederhana ini berkembang pada Zaman Paleolitikum, yang berlangsung sekitar 600.000 tahun lalu.
Pada periode ini, alat-alat batu dan tulang yang digunakan manusia purba masih sangat sederhana dan kasar.
Peralatan itulah yang menemani mereka memenuhi kebutuhan hidup, yang masih dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan atau food gathering.
Hasil kebudayaan manusia purba pada periode ini secara umum dapat dibagi menjadi dua, yakni Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong. Sebab, peninggalan mereka banyak ditemukan di dua wilayah tersebut.
Hasil Kebudayaan Pacitan meliputi kapak genggam, kapak perimbas, dan alat-alat serpih (flakes).
Sedangkan peralatan yang termasuk Kebudayaan Ngandong adalah kapak genggam, alat-alat dari tulang hewan, ujung tombak, dan flakes.
Baca juga: Corak Kehidupan Manusia Zaman Prasejarah
Zaman batu terus berlangsung dan manusia purba mengembangkan teknologi yang lain.
Ketika memasuki Zaman Mesolitikum, mereka umumnya tinggal di dua tempat, yaitu di pantai dan gua.
Dari tempat tinggal manusia purba di tepi pantai, ditemukan peralatan kapak genggam yang berbeda dari Zaman Paleolitikum.