Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedatangan Portugis di Ternate

Kompas.com - 01/09/2021, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah menguasai Malaka, bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque berencana membangun monopoli di Nusantara.

Pada 1512, tiga kapal yang dipimpin Kapten Antonio de Abreu dikirim ke Maluku.

Alasan bangsa Portugis ingin menguasai Maluku adalah untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah, khususnya cengkih dan pala.

Dalam perjalanan, salah satu kapal yang memuat perbekalan tenggelam di Madura. Sementara dua lainnya berhasil mendarat di Kepulauan Banda, yang menjadi pusat produksi pala.

Setelah satu kapal lagi tenggelam, sisa armada Antonio de Abreu akhirnya tiba di Ternate pada tahun yang sama.

Disambut baik oleh sultan Ternate

Kedatangan Portugis di Ternate pada 1512 mendapatkan sambutan yang baik dari raja Ternate dengan tujuan untuk melawan Tidore.

Bahkan Sultan Bayanullah (1500-1521) berjanji akan menyediakan cengkih bagi Portugis setiap tahun, dengan syarat dibangunnya sebuah benteng di Pulau Ternate.

Baca juga: Mengapa Maluku Dijuluki The Spicy Island?

Pihak Ternate pun mempersilakan De Brito untuk mendirikan benteng Portugis pertama di Pulau Ternate bernama Benteng Sao Paulo atau Benteng Gamalama, yang pembangunannya selesai pada 1522.

Akan tetapi, hubungan dagang yang tetap baru dapat dirintis oleh Antonio de Brito dengan Sultan Hidayatullah atau Sultan Dayalu (1529-1533), yang saat itu masih belia dan didampingi oleh walinya, Kaicili Darwis atau Pangeran Taruwese.

Portugis berkhianat

Pada awalnya, terjalin suatu hubungan dagang yang menguntungkan, khususnya cengkih, antara Portugis dan Ternate.

Namun, dalam perkembangannya, timbul konflik di antara kedua belah pihak karena Portugis senantiasa ingin mendominasi Ternate.

Di saat yang sama, campur tangan Portugis dalam urusan dalam negeri kerajaan juga membuat rakyat Ternate resah.

Konflik yang sering terjadi antara Portugis dan Ternate pun akhirnya meluas menjadi peperangan.

Peperangan semakin membesar usai pembunuhan Sultan Khairun (1535-1570) oleh seorang prajurit atas perintah Portugis, saat hendak menghadiri perjamuan di Benteng Gamalama.

Pengkhianatan dari pihak Portugis itu membangkitkan semangat Sultan Baabullah (1570-1684), putra Sultan Khairun.

Sejak saat itu, Sultan Baabullah berhasil mengerahkan daerah-daerah lain di Maluku untuk melawan Portugis.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com