Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan Pembangunan Rel Kereta Api pada Masa Kolonial

Kompas.com - 26/08/2021, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama penerapan sistem ekonomi liberal, pemerintah Hindia Belanda membangun banyak prasarana.

Selain sarana irigasi, pemerintah kolonial juga giat membangun jaringan rel kereta api.

Bahkan jaringan rel kereta api yang dibangun oleh Belanda di Jawa dan Sumatera panjangnya mencapai 6.500 km.

Lantas, apa tujuan pembangunan rel kereta api oleh Belanda?

Pembangunan rel kereta api di Jawa

Jalur kereta api pertama dibangun oleh Belanda antara Semarang dan daerah kesultanan, serta antara Batavia dan Bogor.

Pembangunan tersebut diselesaikan pada 1873, terutama dimaksudkan untuk membuka daerah-daerah Jawa.

Selain itu, motivasi Belanda untuk membangun jaringan rel kereta api adalah untuk menghubungkan daerah perkebunan besar yang kebanyakan terletak di daerah pedalaman dengan pelabuhan terdekat, yaitu Batavia dan Semarang.

Dengan begitu, hasil perkebunan seperti gula, teh, dan kopi dapat diangkut dengan mudah dan cepat.

Pada 1873 pula, Belanda membangun jalan kereta api antara Surabaya dan Malang, yang merupakan pusat penting dari perkebunan-perkebunan besar di Jawa Timur.

Jelaslah bahwa pembangunan rel kereta api di Pulau Jawa utamanya didorong oleh pertimbangan ekonomi, khususnya kepentingan perkebunan-perkebunan besar.

Pada sekitar tahun 1873, jaringan rel kereta api yang selesai dibangun sepanjang 250 km.

Pembangunannya pun terus berjalan pesat, hingga pada akhir periode liberal, seluruh jaringan rel kereta api di Jawa telah mencapai lebih kurang 3.000 km.

Baca juga: Sistem Ekonomi Liberal pada Masa Kolonial dan Kondisi Masyarakat

Pembangunan rel kereta api di Sumatera

Selain di Jawa, pemerintah kolonial juga sibuk membangun jalur kereta api di beberapa daerah yang ingin dikuasainya, seperti di Aceh dan Sumatera Barat.

Di Sumatera Barat, jaringan kereta api dibangun untuk menghubungkan Kota Padang dengan tambang-tambang batu bara di Ombilin.

Pada 1883, daerah perkebunan tembakau di Sumatera Timur juga mengambil prakarsa untuk membangun jaringan kereta api.

Akan tetapi, tujuan pembangunan rel kereta api oleh pemerintah Belanda di Sumatera tidak hanya didorong oleh pertimbangan ekonomi, tetapi juga untuk kepentingan politik dan militer.

Hal ini dapat dilihat di Aceh, yang secepat mungkin ingin ditaklukkan oleh Belanda.

Pada akhir periode sistem ekonomi liberal, di beberapa daerah Pulau Sumatera telah dibangun jaringan kereta api sepanjang kurang lebih 400 km.

Pembangunan ini cukup mengesankan, meskipun masih tertinggal jauh dibanding dengan pembangunan di Jawa.

Sebab, di pulau-pulau lain tidak dilakukan pembangunan jalur rel kereta api.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com