Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bromartani, Surat Kabar Pertama Berbahasa Jawa

Kompas.com - 18/08/2021, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bromartani adalah surat kabar berbahasa Jawa pertama yang terbit di Surakarta, 29 Maret 1855. 

Bromartani juga merupakan surat kabar terawal yang terbit dalam bahasa selain bahasa Belanda di Hindia Belanda. 

Setelah resmi terbit, Bromartani banyak menarik perhatian anak-anak sekolah dan para pembaca umum. 

Sayangnya, dua tahun kemudian, jumlah pembaca dari Bromartani kian hari semakin menyusut. 

Berkurangnya antusias masyarakat mempengaruhi jumlah keuntungan yang diperoleh oleh pihak percetakan, Hartevelt. 

Akibatnya, Bromartani resmi terbit untuk terakhir kalinya pada 23 Desember 1856. 

Baca juga: Tim Mawar, Penculik Para Aktivis 1998

Latar Belakang

Setahun sebelum Undang-Undang Pers 1856 diperkenalkan oleh pemerintah Belanda, seorang guru bahasa Jawa di Surakarta mendirikan Bromartani, surat kabar mingguan berbahasa Jawa.

Nama guru tersebut adalah Carel Frederik Winter. 

Carel mengelola surat kabar ini bersama anaknya, Gustaaf Winter di tahun 1855 yang kemudian terbit untuk pertama kalinya sejak 29 Maret 1855. 

Dengan bermodal uang sebesar 3 juta rupiah pada zaman itu, surat kabar Bromartani diterbitkan secara resmi oleh salah satu penerbit Belanda yaitu Hartevelt.

Awalnya, Bromartani sengaja diterbitkan sebagai bentuk uji coba untuk melihat respon pembaca sekaligus sambil mencari pelanggan surat kabar Bromartani.

Setelah boleh diedarkan, surat kabar Bromartani terbit setiap hari Kamis dengan harga langganan sebesar kurang lebih 12 gulden.

Dalam penulisannya, Bromartani menggunakan bahasa kromo inggil, tingkatan bahasa jawa tertinggi dalam bahasa Jawa.

Beberapa saat setelah Bromartani terbit, surat kabar ini langsung menarik perhatian para murid sekolah dan para pembaca umum.

Sejak awal, Winter dan Gustaaf memang sudah menyasar pada anak-anak sekolah tinggi sebagai target pembaca Bromartani. 

Baca juga: Perguruan Rakyat: Awal Mula dan Perkembangannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com