Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan Haji, Raja Kesultanan Banten yang Berkhianat demi Kekuasaan

Kompas.com - 12/08/2021, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Pertempuran Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa sempat merebut Keraton Surosowan kembali, dan Sultan Haji yang berada di bawah perlindungan Belanda diamankan ke loji VOC.

Kemudian pada 7 April 1682, dengan kekuatan yang besar, VOC menyerang Keraton Surosowan dan berhasil membebaskan loji VOC yang dikepung pasukan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pertempuran Sultan Haji dan ayahnya pun berlangsung sengit, karena Sultan Ageng Tirtayasa terus melakukan perlawanan dengan dibantu pasukan dari Makassar, Bali, dan Melayu.

Dalam serangkaian peperangan tersebut, kedua belah pihak sama-sama kehilangan banyak pasukan.

Belanda beberapa kali berusaha membujuk Sultan Ageng Tirtayasa untuk menghentikan perlawanan.

Namun, ketika Sultan Ageng Tirtayasa hendak kembali ke Keraton Surosowan, Sultan Haji dan VOC segera menangkapnya.

Sultan Ageng Tirtayasa kemudian dipenjarakan di Batavia sampai ia meninggal pada 1692.

Baca juga: Sultan Ageng Tirtayasa: Asal-usul, Peran, dan Perjuangan

Sultan Haji naik takhta

Setelah penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan rakyat Banten tidak langsung padam.

Akan tetapi, dengan restu VOC, Sultan Haji dapat naik takhta menjadi penguasa Kesultanan Banten.

Penobatan tersebut kembali disertai dengan perjanjian, yang secara praktis membuat Kesultanan Banten tidak memiliki kedaulatan.

Berikut ini beberapa poin isi perjanjian Sultan Haji kepada Belanda yang ditandatangani pada 17 April 1684.

  • Sultan Banten tidak diperbolehkan memberi bantuan kepada musuh-musuh VOC dalam bentuk apapun
  • Semua tanah di sepanjang Sungai Untung Jawa atau Tangerang menjadi milik VOC
  • Sultan harus mengganti kerugian sebanyak 12.000 ringgit kepada VOC
  • Sultan dilarang membuat perjanjian dengan bangsa lain
  • Kekuasaan raja Cirebon ditinjau kembali sebagai sahabat yang bersekutu di bawah perlindungan VOC

Akhir hidup Sultan Haji

Perjanjian antara Sultan Haji dan Belanda jelas meniadakan kedaulatan Banten. Sebab, segala sesuatu yang berkaitan dengan pemerintahan kerajaan harus mendapatkan persetujuan VOC.

VOC pun perlahan-lahan mulai menguasai Kesultanan Banten, dan sebagai simbol kekuasaannya, VOC membangun benteng pertahanan pada 1684-1685.

Penderitaan rakyat pun semakin berat dan pada akhirnya timbul kekacauan serta pemberontakan.

Selain menghadapi penentangan dari rakyat, Sultan Haji semakin tertekan karena harus menuruti segala kehendak VOC.

Sultan Haji pun jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1687. Jenazahnya kemudian dimakamkan di sebelah utara Masjid Agung Banten.

 

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com