Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keraton Kanoman Cirebon: Sejarah, Letak, dan Fungsinya

Kompas.com - 12/08/2021, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Keraton Kanoman merupakan salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Cirebon yang masih berdiri hingga kini.

Keraton ini dibangun oleh Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya atau Sultan Anom I pada 1678.

Secara administratif, Keraton Kanoman terletak di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Lokasinya tersebut tidak jauh dari Keraton Kasepuhan dan Pasar Kanoman.

Kompleks Keraton Kanoman berdiri di atas tanah seluas 6 hektare dan mempunyai banyak bangunan dengan fungsi yang berbeda.

Di dalam keraton juga terdapat barang-barang bersejarah, seperti contohnya dua kereta yang bernama Paksi Naga Liman dan Jempana.

Baca juga: Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon

Sejarah Keraton Kanoman

Seperti halnya Keraton Kasepuhan, sejarah Keraton Kanoman juga tidak dapat dilepaskan dari runtuhnya Kerajaan Cirebon yang dimulai pada 1666.

Saat itu, yang berkuasa adalah Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi, yang juga dikenal sebagai menantu Sultan Amangkurat I dari Mataram.

Suatu ketika, Sultan Amangkurat I meminta Panembahan Ratu II ke Surakarta dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.

Panembahan Ratu II kemudian diasingkan dan wafat di Surakarta pada 1667. Akibat peristiwa ini, kekosongan dalam Kerajaan Cirebon pun diambil alih oleh Mataram.

Pengambilalihan secara sepihak ini memicu amarah Sultan Ageng Tirtayasa, raja Banten yang masih bersaudara dengan Cirebon.

Sultan Ageng Tirtayasa kemudian membebaskan dua putra Panembahan Ratu II, Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya dan Pangeran Martawijaya, yang juga diasingkan oleh Mataram.

Selanjutnya, terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon karena perbedaan pendapat mengenai penerus kerajaan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga, yaitu Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon.

Kesultanan Kanoman diberikan kepada Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya, Kesultanan Kasepuhan diberikan kepada Pangeran Martawijaya, dan Pangeran Wangsakerta menjadi panembahan di Cirebon.

Pada 1678, Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya resmi menjadi sultan pertama di Keraton Kanoman dengan gelar Sultan Anom I.

Baca juga: Kerajaan Cirebon: Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Fungsi Keraton Kanoman

Keraton Kanoman terbentuk seperti tata kota tradisional yang terdiri atas alun-alun, pasar, masjid agung, dan tempat tinggal sultan.

Untuk memisahkan antara tempat tinggal sultan dengan masyarakat, dipisahkan oleh bangunan berupa benteng.

Di dalam kompleks keraton terdapat banyak bangunan dengan fungsi yang berbeda.

Sultan menempati bangunan bernama Gedung Pedaleman Sultan, yang letaknya di sebelah timur Bangsal Kaputran dan Bangsal Kaputren.

Bangsal Kaputran berfungsi sebagai tempat tinggal putra sultan, sementara Bangsal Kaputren dihuni oleh putra sultan.

Di dekat bangunan-bangunan tersebut terdapat Kebon Jimat yang berfungsi sebagai pungkuran keraton.

Sultan juga membangun Taman Kebon Raja, yang letaknya berada di sebelah barat Mande Mastaka.

Mande Mastaka adalah ruang kecil yang di dalamnya terdapat kursi gading, yang dikeluarkan hanya satu tahun sekali.

Ada pula banguan bernama Bale Paseban, yang fungsinya sebagai tempat tunggu untuk menghadap sultan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com