Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raden Said Soekanto Tjokroadiatmodjo: Peran dan Kiprahnya

Kompas.com - 31/07/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Soekanto Tjokroadiatmodjo adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pertama di Indonesia. 

Ia menjabat pada periode 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959. 

Selama menjadi Kapolri, Soekanto terkenal sebagai sosok yang visioner, disiplin, dan jujur. 

Hal tersebut ia buktikan ketika kepolisan RI semakin terancam setelah kedatangan tentara Inggris, Civil Police, pada Januari 1946. 

Saat itu, Soekanto sempat diajak untuk bergabung dengan Civil Police. Tetapi Soekanto dengan tegas menolak dan mengatakan bahwa ia akan tetap setia dengan kepolisian RI. 

Kesetiannya ini ia buktikan selama 14 tahun menjabat sebagai Kapolri sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada 1 Juli 1946. 

Baca juga: Machmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional Pertama Papua Barat

Pendidikan

Soekanto Tjokroadiatmodjo lahir di Bogor, 7 Juni 1908. Ia adalah putra sulung dari enam bersaudara. 

Ayahnya bernama R Martomihadrjo, seorang pamong praja asal Purworejo, sedangkan ibunya bernama Kasmirah asal Bogor.

Ketika usianya belum genap setahun, Soekanto telah diajak orangtuanya meninggalkan Bogor dan pindah ke Balaraja. 

Pada 1910, ayahnya kembali berpindah tempat tugas, yaitu di Tangerang.

Soekanto pertama kali mengenyam pendidikannya di Froben School (Taman Kanak-kanak). 

Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Bogor. 

Lulus dari ELS, Soekanto lanjut ke Hoogere Burger School (HBS) di Bandung.

Setelah lulus dari HBS, Soekanto sempat berkuliah di Recht Hooge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta selama setahun. 

Selama kuliah, tahun 1928, Soekanto turut aktif terlibat di Kepanduan Bangsa Indonesia (Jong Java). 

Namun, karena kondisi perekonomian ayahnya, Soekanto harus berhenti kuliah di RHS. 

Dua tahun berselang, tahun 1930, Soekanto diterima sebagai siswa Aspirant Commisaris van Politie di Sukabumi. Ia bersekolah di sana selama tiga tahun.

Tahun 1933, Soekanto lulus dengan pangkat Commisaris van Politie 3 e Klass (Komisaris Polisi Kelas III). 

Baca juga: Mas Isman: Pendidikan, Kiprah, dan Perjuangannya

Kiprah

Setelah lulus dari pendidikan polisi di Sukabumi, Soekanto ditugaskan di bagian lalu lintas di Semarang.

Kemudian, ia dipindah ke bagian reserse dan berlanjut di Politieke Inlichtingen Dienst (PID). 

Selain di Semarang, Soekanto juga telah beberapa kali dipindahtugaskan di beberapa wilayah, seperti Purwokerto.

Namun, sejak 1940, Soekanto ditugaskan untuk memimpin teknis di Kalimantan Selatan sambil merangkap sebagai Wakil Polisi Banjarmasin. 

Kala itu, Soekanto telah memegang pangkat tertinggi bagi kalangan pribumi, yaitu Komisaris Polisi Kelas I.

Lalu, ketika Indonesia baru saja merdeka, Soekanto berhubungan dengan dua kolega lamanya, Sartono dan Iwa Kusumasumantri.

Kedua kolega ini adalah penasihat dari Presiden Soekarno.

Mereka kemudian mengajak Soekanto menghadiri sidang kabinet pada 29 September 1945.

Dalam sidang kabinet tersebut, Soekarno menunjuk Soekanto untuk mengisi jabatan sebagai Kepala Jawatan Kepolisian.

Masih di tanggal yang sama, Soekanto diresmikan sebagai Kepala Kepolisian Negar (KKN) RI oleh Presiden Soekarno.

Selama Soekanto menjabat sebagai KKN, ia banyak menghadapi tantangan, mengingat saat itu Indonesia masih dalam masa revolusi.

Ia harus menangani permasalahan ekonomi dan meningkatnya kriminalitas.

Selain itu, terjadi juga tekanan-tekanan militer Belanda yang memperburuk situasi keamanan dalam negeri.

Kepolisian RI semakin tidak terkendali ketika keamanan Jakarta berada di bawah otoritas Civil Police bentukan Sekutu yang dikomando Kepala Polisi Militer Inggris sejak Januari 1946.

Saat itu, Soekanto sempat ditangkap oleh tentara Inggris. Ia diajak bergabung dengan Civil Police, tetapi Soekanto dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Pembangunan kepolisian RI baru dapat dilakukan setelah institusi ini terlepas dari Kementerian Dalam Negeri. 

Perubahan kedudukan berlaku sejak 1 Juli 1946 yang kemudian dimaknai sebagai Hari Bhayangkara.

Setelah 14 tahun mengemban tugas sebagai KKN atau Kapolri, ia memutuskan pensiun pada 1 Desember 1960 dengan pangkat terakhir Direktur Jenderal Polisi.

Baca juga: Bernard Wilhelm Lapian: Masa Muda, Perjuangan, dan Kiprahnya

Akhir Hidup

Soekanto wafat pada Selasa malam tanggal 24 Agustus 1993. 

Sebelumnya, Soekanto telah dirawat selama empat bulan di RS Polri Kramatjati. 

Jenazahnya dikebumikan di satu lubang dengan jasad istrinya di Tempat Pemakaman umum Tanah Kusir. 

Atas perjuangan dan jasanya, Soekanto mendapat beragam penghargaan.

Salah satunya adalah ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 10 November 2020. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Stori
Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Stori
Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Stori
9 Kerajaan Islam di Papua

9 Kerajaan Islam di Papua

Stori
Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Stori
Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Stori
Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Stori
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com