Organisasi BPI mendorong dan membuka pemikiran para pemimpin untuk segera menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara.
Selain itu, Achmad Tahir juga mengadakan rapat rahasia bersama para pemuda mantan Gyugun, Heiho, Talapeta, dan organisasi militer bentukan Jepang lainnya.
Mereka membahas tentang proklamasi dan berencana memobilisasi kekuatan massa demi kemerdekaan di Sumatera Utara.
Rapat rahasia ini diselenggarakan di Jalan Fuji Dori No. 6 (sekarang Jalan Imam Bonjol Medan).
Setelah rapat usai, maka diputuskan bahwa BPI secara resmi dibentuk pada 30 September 1945.
Meskipun BPI telah berdiri, persiapan proklamasi kemerdekaan di Sumatera Utara tidak berlangsung seperti yang diharapkan.
Masyarakat di Medan terlambat mendapat berita resmi bahwa kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno.
Keterlambatan ini diakibatkan oleh Gubernur Mohammad Hasan yang menghabiskan waktu cukup lama di perjalanan.
Mohammad Hasan sampai di Medan pada akhir Agustus 1945.
Kedatangan Hasan sangat dinanti-nantikan, karena rakyat Medan ingin segera mendengar berita proklamasi tersebut.
Mohammad Hasan baru mengumumkan proklamasi secara resmi bersamaan dengan peresmian BPI.
Kemudian, pada 6 Oktober 1945, masyarakat Medan mengibarkan bendera merah putih.
Usai berjuang dalam pertempuran Medan Area, pada masa Orde Baru, Achmad Tahir dipercaya menjadi Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dalam Kabinet Pembangunan IV.
Ia menjabat selama periode 1982 hingga 1987.
Setelah selesai menjadi menteri, Achmad Tahir ditugaskan sebagai Duta Besar Keliling Gerakan Nonblok untuk wilayah Eropa.
Kemudian, ia menjadi Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Baca juga: Machmud Singgirei Rumagesan, Pahlawan Nasional Pertama Papua Barat
Achmad Tahir wafat pada 17 Agustus 2002 pukul 08.15 WIB di RS Medistra, Jakarta, setelah dirawat selama sepekan akibat kanker paru-paru.
Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Referensi: