Lalu, pada 13 Oktober 1945, barisan pemuda dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertempur melawan Sekutu dan NICA.
Mereka berupaya untuk mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang.
Inggris kemudian mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia untuk segera menyerahkan senjata kepada Sekutu.
Namun, ultimatum tersebut tidak dihiraukan.
Pada 1 Desember 1945, Sekutu memasang sebuah papan bertuliskan "Fixed Boundaries Medan Area" (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran Kota Medan.
Tindakan Sekutu ini dianggap sebuah tantangan bagi para pemuda Indonesia.
Konflik meletus pada 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA menyerang secara besar-besaran Kota Medan.
Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak.
Bulan April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan.
Setelah menguasai Medan, pertarungan terhadap Sekutu semakin sengit pada 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi.
Kemudian, diadakanlah pertemuan di antara para komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Hasilnya adalah membentuk satu komando bernama Komando Resimen Laskar Rakyat untuk memperkuat perlawanan di Kota Medan.
Setelah itu, tanggal 19 Agustus 1946, di Kabanjahe, terbentuk Barisan Pemuda Indonesia (Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo) dipimpin Matang Sitepu.
Seiring berjalannya waktu, Komando Laskar Rakyat ini berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), tentara resmi pemerintah dipimpin oleh Djamin Ginting.
Guna melanjutkan perjuangan di Medan, maka pada Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.