Hukum yang diterapkan pada masa itu juga berlandaskan syariat Islam.
Keberhasilan penguasa Islam di Demak juga dapat dilihat dari Masjid Agung Demak, yang dianggap sebagai simbol kebesaran kerajaan ini.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Demak
Dalam menyebarkan Islam, para wali melakukan berbagai strategi pendekatan terhadap masyarakat.
Strategi yang dimaksud meliputi perdagangan, perkawinan, pendidikan, juga aktualisasi dari ajaran-ajaran tasawwuf.
Cara tersebut dilakukan sesuai tuntutan suasana, artinya memasukkan ajaran Islam kepada masyarakat dengan memerhatikan kondisi sosial-budaya yang ada.
Dengan begitu, kehadiran Islam dapat diterima dengan baik, tanpa adanya perlawanan ataupun konflik.
Sunan Kalijaga misalnya, yang berdakwah di Jawa Tengah dengan cara memasukkan ajaran islam dalam cerita wayang.
Pada waktu itu, masyarakat Jawa Tengah baik dari kalangan bangsawan ataupun cendekiawan adalah penggemar wayang, sehingga penyebaran Islam menjadi mudah.
Penyebaran Islam juga dilakukan oleh Sunan Kudus, yang pernah menjadi panglima perang untuk Kesultanan Demak.
Sunan Kudus mengajarkan Islam dengan mengarang cerita-cerita pendek yang berisi filsafat agama.
Pada 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah masjid di Desa Kerjasan yang kemudian dikenal sebagai Masjid Agung Kudus.
Sedangkan Sunan Muria, yang terhitung sebagai salah seorang penyokong Kerajaan Demak, lebih memusatkan penyebaran Islam di desa-desa yang letaknya jauh dari pusat kota.
Sunan Muria mendidik rakyat di sepanjang lereng Gunung Muria dengan mengadakan kursus pada para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata.
Referensi: