Semasa menjabat sebagai bupati ia mengamankan Madiun setelah pemberontakan PKI Muso pada 1948.
Baca juga: Teuku Muhammad Hasan: Masa Muda, Kiprah, dan Perjuangan
Sampai pada 29 Oktober 1945, pimpinan Sekutu melakukan pertemuan dengan Moh. Hatta untuk melangsungkan aksi gencatan senjata.
Dari pertemuan tersebut, Muhammad Mangundiprojo diangkat oleh Jenderal Urip Sumoharjo sebagai pimpinan TKR Divisi Jawa Timur.
Masih di hari yang sama, Mangundiprojo bersama Brigadir Mallaby berkeliling Surabaya.
Mereka memantau kemajuan gencatan senjata di sana.
Di Jembatan Merah depan Gedung Internatio, rombongan berhenti karena melihat tentara Inggris dari kesatuan Gurkha sedang dikepung oleh para pemuda Indonesia.
Melihat hal ini, Muhammad Mangundiprojo berusaha bernegosiasi.
Namun Muhammad Mangundiprojo justru disandera oleh tentara Gurkha sampai terjadi bentrok senjata antara Inggris dan pemuda Surabaya.
Dalam pertempuran ini Brigadir Mallaby yang tewas di dalam mobilnya yang terbakar dan meledak.
Tewasnya Mallaby ini sontak memicu kemarahan pihak Inggris.
Inggris kemudian melakukan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka.
Tentu saja ultimatum ini ditolak oleh Muhammad Mangundiprojo.
Dari perbedaan pendapat inilah kemudian muncul pertempuran pada 10 November 1945.
Pertempuran ini berlangsung selama 22 hari dan menewaskan 6.315 pejuang anggota TKR.
Baca juga: Adnan Kapau Gani: Masa Muda, Peran, dan Kiprahnya
Muhammad Mangundiprojo wafat di Bandar Lampung setelah diangkat menjadi Gubernur pertama Lampung.
Muhammad Mangundiprojo wafat tepatnya pada 13 Desember 1988. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung.
Atas jasa-jasanya, Presiden Joko Widodo pun menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 November 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.