Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keraton Yogyakarta: Sejarah Berdirinya, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Kompas.com - 03/07/2021, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Keraton Yogyakarta adalah istana dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.

Keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada 1755, setelah Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua.

Fungsi Keraton Yogyakarta kurang lebih sama dengan Keraton Surakarta, yaitu dijadikan tempat tinggal para rajanya yang sampai saat ini masih menjalankan tradisi kesultanan.

Selain itu, kompleks bangunannya juga dijadikan objek wisata bersejarah di Kota Yogyakarta.

Sejarah singkat Keraton Yogyakarta

Sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta bermula dari terbaginya Kerajaan Mataram Islam pada 1755 lewat Perjanjian Giyanti.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta untuk Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Nagari Kasunanan Surakarta diserahkan kepada Pakubuwono III.

Sultan Hamengku Buwono I kemudian mulai pembangunan Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1755.

Pembangunan keraton dimulai oleh Sultan Hamengku Buwono I, yang juga berperan sebagai arsiteknya.

Selama proses pembangunan yang berlangsung hampir satu tahun, Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarganya tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang.

Pembangunan keraton dilakukan dengan penuh pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan, sosial, ekonomi, budaya, maupun tempat tinggal.

Selain keraton, dibangun pula sarana kelengkapan yang lain, seperti benteng, kompleks Tamansari, Masjid Gedhe, dan Pasar Gedhe.

Sultan Hamengku Buwono I resmi menempati keraton pada 7 Oktober 1756.

Baca juga: Kerajaan Mataram Islam: Pendiri, Kehidupan Politik, dan Peninggalan

Kompleks bangunan Keraton Yogyakarta

Kompleks Keraton Yogyakarta dibagi dalam tiga halaman yang membujur dari arah utara ke selatan.

Halaman-halaman tersebut masih dibagi lagi dalam beberapa halaman yang lebih kecil dan juga terdapat beberapa bangunan di dalamnya.

Setiap bangunan keraton memiliki corak arsitektur yang khas dan mengandung makna simbolik yang berbeda-beda.

Halaman:
Sumber Kemdikbud
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com