Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Saudara Amerika: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak

Kompas.com - 03/07/2021, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Perang Saudara Amerika adalah perang antara Amerika Serikat (di utara) dengan 11 negara bagian di wilayah selatan yang memisahkan diri dan membentuk Negara Konfederasi Amerika.

Sebelas negara bagian di wilayah selatan tersebut adalah Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, Texas, Virginia, Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara, yang mulai memisahkan diri dari tahun 1860-1861.

Pertempuran antara dua kubu tersebut berlangsung selama empat tahun, yaitu antara 12 April 1861 - 9 Mei 1865.

Perang Saudara Amerika adalah puncak dari gesekan-gesekan yang berkembang di Amerika Serikat karena masalah perbudakan.

Konflik ini menjadi perang paling mematikan dalam sejarah Amerika yang menewaskan sekitar 620.000 tentara, jutaan lainnya luka-luka, dan menghancurkan sebagian besar wilayah selatan.

Lantas, apa saja yang menyebabkan terjadinya Perang Saudara Amerika dan bagaimana dampaknya?

Baca juga: Sejarah Mulainya Perbudakan di Amerika Serikat

Penyebab Perang Saudara Amerika

Hal-hal yang memicu terjadinya Perang Saudara Amerika sangat kompleks, tetapi penyebab utamanya adalah masalah perbudakan.

Perbudakan yang berlangsung di Amerika sejak abad ke-17 menjadi sumber ketegangan politik di negara itu pada 1850-an.

Pada 1850-an, ketika Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang luar biasa, terdapat perbedaan pendapat terkait praktik perbudakan di wilayah utara dan selatan.

Di utara, di mana perusahaan manufaktur dan industrinya telah mapan, penduduknya menentang perbudakan.

Sementara penduduk di selatan sangat pro terhadap perbudakan, karena sektor ekonominya bergantung pada pertanian yang digarap oleh para budak kulit hitam.

Para penentang perbudakan di utara kemudian membentuk Partai Republik, guna mencegah penyebaran perbudakan ke negara-negara bagian yang baru dibentuk.

Setelah itu, muncul abolisionisme (gerakan untuk menghapus perbudakan) yang semakin membuat penduduk di wilayah selatan kalang-kabut.

Keadaan semakin memanas saat Abraham Lincoln, yang anti perbudakan, terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada 1860.

Setelah Lincoln menang, banyak pemimpin Selatan merasa bahwa perpecahan adalah satu-satunya pilihan mereka.

Halaman:
Sumber Britannica
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com