Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon

Kompas.com - 01/07/2021, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Keraton Kasepuhan merupakan peninggalan Kerajaan Cirebon.

Keraton Kasepuhan terdiri dari dua kompleks bangunan, yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan kompleks Keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529.

Letak Keraton Kasepuhan berada di kelurahan Kesepuhan, Lemahwungkuk, Cirebon.

Selain megah, keraton ini memiliki museum benda-benda kuno yang cukup lengkap.

Salah satu koleksinya yang terkenal adalah Kereta Singa Barong, kereta kecana Sunan Gunung Jati yang hanya dikeluarkan setiap 1 Syawal untuk dimandikan.

Sejarah Keraton Kasepuhan

Keraton Pakungwati adalah cikal bakal Keraton Kasepuhan.

Nama Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.

Pada 1529, cicit Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Mas Zainul Arifin atau Panembahan Pakungwati I membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama.

Keraton baru ini dinamai Keraton Pakungwati, mengabadikan nama Ratu Dewi Pakungwati.

Baca juga: Kerajaan Cirebon: Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Sejarah Keraton Kasepuhan berkaitan dengan runtuhnya Kerajaan Cirebon yang dimulai pada 1666, pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi.

Pada saat itu, Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang juga mertua Panembahan Ratu II, memanggil menantunya tersebut ke Surakarta dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.

Setelah Panembahan Ratu II diasingkan dan wafat di Surakarta pada 1667, kekosongan dalam Kerajaan Cirebon diambil alih oleh Mataram.

Pengambilalihan sepihak ini memicu amarah dari Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten.

Sultan Ageng Tirtayasa kemudian turun tangan untuk membebaskan dua putra Panembahan Ratu II yang juga diasingkan oleh Mataram, yaitu Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Martawijaya.

Pada 1677, terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon karena perbedaan pendapat di kalangan keluarga mengenai penerus kerajaan.

Oleh karena itu, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga, yaitu Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon.

Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya yang bergelar Sultan Anom I, Kesultanan Kasepuhan diberikan kepada Pangeran Martawijaya yang bergelar Sultan Sepuh I, dan Pangeran Wangsakerta menjadi panembahan di Cirebon.

Sejak saat itu, Sultan Sepuh I menempati Keraton Pakungwati yang kemudian berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com