KOMPAS.com - Komisi Peel atau Komisi Kerajaan Palestina adalah Komisi Penyelidikan Kerajaan Inggris yang ditunjuk pada tahun 1936.
Komisi yang dipimpin oleh Lord Peel ini ditugaskan untuk menyelidiki penyebab kerusuhan antara orang Arab Palestina dan Yahudi di Mandat Inggris atas Palestina.
Lantas, apa yang melatar belakangi dibentuknya Komisi Peel dan bagaimana laporannya?
Pada Februari 1936, revolusi meledak mengikuti sebuah insiden kecil yang memicu emosi warga Arab Palestina.
Revolusi ini dimulai saat kontraktor Yahudi menolak untuk mempekerjakan buruh Arab dalam sebuah konstruksi sekolah di Yafah.
Sebagai konsekuensinya, para buruh Arab berkumpul di sekolah dan mencegah orang Yahudi menjangkau lokasi kerjanya.
Baca juga: Deklarasi Balibo: Latar Belakang, Isi, dan Tujuan
Pada 15 April 1936, seorang Yahudi terbunuh sementara satu orang lainnya mengalami luka serius.
Insiden ini memicu terjadinya kekerasan dan tensi yang tinggi di seluruh Palestina hingga menyebabkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak.
Usaha tentara Inggris untuk meredam konflik justru menimbulkan banyak korban jiwa di antara orang Arab.
Akibatnya, pemogokan pun terjadi di seluruh Palestina dan gerakan perlawanan nasional meningkat hingga terbentuk kelompok bersenjata seperti teroris.
Revolusi dilakukan oleh mereka dengan banyak cara, seperti menghancurkan jembatan, meledakkan rel, dan menyerang barak militer Inggris.
Pada 1937, Administrasi Mandat Inggris memberlakukan keadaan darurat di Palestina.
Dalam situasi yang memburuk, Inggris kemudian membentuk Komisi Peel untuk mengkaji situasi di Palestina.
Baca juga: Perjanjian Postdam: Tokoh, Isi, dan Dampak
Pada 7 Juli 1937, Komisi Peel menerbitkan sebuah laporan yang mendemonstrasikan pandangan para pemimpin Arab dan Yahudi.
Komisi Peel menyatakan bahwa kasus Palestina tidak dapat diatasi, kecuali dengan pembagian wilayah Palestina.
Berikut ini beberapa gagasan pokok yang direkomendasikan oleh Komisi Peel dalam proyek pembagian wilayah.
Rekomendasi Komisi Peel ini disetujui oleh komunitas Yahudi. Namun, Arab Palestina menolak dan memilih melanjutkan perlawanan.
Referensi: