Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarif Kasim II: Masa Muda, Kiprah, dan Perjuangan

Kompas.com - 18/06/2021, 19:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Syarif Kasim II atau Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin adalah sultan ke-12 dari Kesultanan Siak. 

Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Peran Sultan Syarif Kasim II dalam mendukung pemerintah Republik Indonesia yang baru merdeka adalah membujuk para raja di Sumatera Timur untuk memihak republik.

Ia melakukan ini bersama dengan Sultan Serdang.

Baca juga: Jatuhnya Kabinet Natsir

Masa Muda

Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893. 

Sejak berusia 23 tahun, Kasim telah ditunjuk untuk menggantikan posisi sang ayah, Sultan Syarif Hasyim, sebagai Sultan. 

Ia pun mendapat gelar sebagai Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin. 

Sewaktu kecil, sampai berusia 12 tahun, Kasyim dididik di dalam lingkungan istana. 

Ia didik sebagaimana mestinya adat istiadat raja-raja, baik dari hal fisik, mental, sampai kerohanian.

Ayahnya merupakan seorang sultan yang memegang kuat prinsip Islam. Ia juga memiliki pandangan luas mengenai peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Untuk itu, ia ingin, Syarif Kasim yang menggantikannya dalam memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas. 

Oleh sebab itu, saat berusia 12 tahun, Kasim dikirim ke Batavia pada 1904 untuk menjalankan pendidikannya.

Di Batavia, Kasim melanjutkan pendidikannya tentang hukum Islam. 

Baca juga: Sugiyono Mangunwiyoto: Masa Muda, Kiprah, dan Kematiannya

Perjuangan

Ketika Kasim berusia 16 tahun, ayahnya meninggal dunia , pada 1908.

Oleh karena itu, Kasim pun segera dinobatkan sebagai sultan, menggantikan posisi ayahnya.

Begitu Belanda mengetahui hal ini, mereka pun merasa khawatir karena pewaris kerajaan selanjutnya adalah orang yang berpendidikan. 

Untuk itu, pengangkatan Syarif Kasim sebagai sultan ini tidaklah disenangi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Namun, Datuk Empat Suku, Dewan Kerajaan, tetap menghendaki penobatan Kasim sebagai sultan. 

Akibatnya, Hindia Belanda mulai mengecilkan arti dan fungsi dari Dewan Kerajaan yang kemudian dihapus oleh pemerintah Hindia Belanda.

Setelah Datuk Empat Suku tidak lagi berfungsi, tekanan dari pihak Belanda semakin meresahkan rakyat.

Sultan Syarif Kasim II pun menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyatnya. 

Ia juga dengan tegas menolak untuk mengakui Kesultanan Siak sebagai bagian dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda. 

Dalam melawan Belanda, Kasim memandang kekuatan fisik harus diimbangi dengan kekuatan pembinaan mental dan pendidikan rakyat. 

Untuk itu, pada 1917, Kasim II mendirikan sekolah agama Islam yang bernama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah. 

Baca juga: Katamso Darmokusumo: Kehidupan, Karier Militer, dan Kematiannya

Akhir Hidup

Pada 17 Agustus 1945, diproklamasikanlah kemerdekaan Republik Indonesia.

Berita ini pun tersiar hingga ke daerah Kesultanan Siak. 

Begitu mendengar kabar ini, Kasim II pun semakin antusias dalam pergerakan nasionalnya.

Ia mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak. 

Sultan Kasim II juga bersama dengan Sultan Serdang berusaha untuk membujuk raja-raja di Sumatera Timur untuk berpihak pada Republik Indonesia.

Pada 23 April 1968, Sultan Syarif Kasim II tutup usia. 

Atas jasa-jasanya, ia pun dinobatkan sebaga Pahlawan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Surat Keppres No. 109/TK/1998. 

Namanya juga diabadikan menjadi nama bandar udara di Pekanbaru. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com