Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Nishimura Menolak Proklamasi Kemerdekaan?

Kompas.com - 16/06/2021, 14:03 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada 1942, banyak serangkaian peristiwa bersejarah terjadi.

Mulai dari penculikan Soekarno dan Moh Hatta hingga ke Rengasdengklok sampai terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia. 

Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, akhirnya terjadi dengan berbagai rintangan. Salah satunya penolakan dari Mayor Jenderal Nishimura, Kepala Departemen Umum Pemerintahan Jepang.

Baca juga: Sugiyono Mangunwiyoto: Masa Muda, Kiprah, dan Kematiannya

Peristiwa Rengasdengklok

Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat mengirimkan bom atom di Hiroshima. 

Pada 9 Agustus, Rusia mengumumkan perang terhadap Jepang dan bersamaan dengan itu kota Nagasaki di Jepang telah dijatuhi bom atom yang kedua.

Kaisar Jepang, Hirohito, mulai menyadari bahwa ambisinya untuk membantun Asia Timur Raya tidak akan tercapai akibat dari peristiwa pengeboman tersebut.

Kaisar Jepang kemudian memerintahkan pasukannya untuk menghentikan perang.

Pada 7 Agustus 1945, diumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Dengan adanya PPKI, pemerintah Jepang mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia bebas beprendapat dan melakukan kegiatan sesuai kesanggupan mereka.

Jepang juga menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Kesepakatan ini terjadi di Dalat, Vietnam Selatan, yang dihadiri oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat.

Pada 14 Agustus 1945, ketiga tokoh ini sudah kembali ke tanah air.

Sementara itu, golongan pemuda, telah mendengar bahwa Sekutu telah memberi ultimatum pada Jepang untuk menyerah tanpa syarat. 

Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menuruti ultimatum tersebut.

Berita kekalahan ini kemudian disembunyikan oleh pihak Jepang agar tidak diketahui oleh Indonesia.

Namun, golongan pemuda, mendengar berita kemunduran Jepang ini melalui sebuah radio.

Oleh sebab itu, golongan pemuda pun mengatakan kepada golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tetapi ide ini ditolak.

Golongan tua masih berpegang teguh pada PPKI. 

Sampai akhirnya, untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang, golongan muda menculik Soekarno-Hatta dan mengasingkan mereka ke Rengasdengklok.

Setelah melalui berbagai perundingan, tercapailah kesepakatan bahwa Soekarno-Hatta bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, selambat-lambatnya 17 Agustus 1945.

Baca juga: Katamso Darmokusumo: Kehidupan, Karier Militer, dan Kematiannya

Jenderal Nishimura Menolak Proklamasi

Setelah Soekarno-Hatta kembali tiba di Jakarta, mereka menuju rumah Jenderal Mayor Nishimura untuk menyatakan keinginan PPKI dan meminta kemerdekaan Indonesia.

Namun, Nishimura dengan tegas menolak permintaan tersebut. 

Jenderal Nishimura tidak memberikan izin kepada Soekarno dan Moh. Hatta untuk melaksanakan kemerdekaan karena Nishimura bersikeras mempertahankan status quo atau keadaan tetap Indonesia.

Hal ini juga berkaitan dengan perjanjian antara pemerintah Jepang dan pihak Sekutu. 

Larangan perubahan status quo itu berarti bahwa pemerintah jepang tidak membenarkan terjadinya proklamasi kemerdekaan.

Karena, dengan adanya proklamasi maka akan melahirkan Negara Indonesia Merdeka dan itu berarti akan mengubah status quo.

Mendengar hal ini, Bung Hatta dengan tegas menjelaskan bahwa apapun yang terjadi, Indonesia akan tetap segera memproklamasikan kemerdekaan.

Akhirnya, setelah merumuskan naskah proklamasi, Soekarno pun mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. 

Indonesia dinyatakan merdeka. 

Baca juga: Iswahyudi: Pendidikan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya

Referensi: 

  • Ariffiantono, Syachrial. Rif'atul Fikriya. dkk. (2019). Modul Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad 21. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Stori
Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Stori
9 Kerajaan Islam di Papua

9 Kerajaan Islam di Papua

Stori
Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Stori
Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Stori
Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Stori
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Stori
Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com