KOMPAS.com - Tengku Amir Hamzah adalah seorang sastrawan Indonesia yang dijuluki Raja Penyair Pujangga Baru.
Ia telah menulis sebanyak 50 puisi, 18 potongan puisi prosa, 12 artikel, empat cerita pendek, tiga koleksi puisi, dan satu buku karya asli.
Perannya di dunia sastra membuat ia didapuk sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia juga terlibat dalam Revolusi Sosial yang terjadi di kota asalnya, Sumatera Timur.
Baca juga: Karel Sadsuitubun (KS Tubun): Peran, Kiprah, dan Pembunuhannya
Tengku Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Sumatera Timur, 28 Februari 1911.
Hamzah lahir dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara.
Pada 1924, Hamzah berhasil menyelesaikan pendidikannya di HIS Tanjungpura. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke sekolah Christelijk MULO di Medan.
Saat akan menduduki kelas 2 dan 3, Hamzah pun pindah ke Batavia.
Ia menamatkan sekolahnya di MULO pada 1927. Masih di tahun yang sama, Hamzah pun berangkat ke Solo dan mendaftar di AMS Solo, jurusan Sastra Timur.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Hamzah tetap melanjutkan sekolahnya dengan dibantu oleh pamannya, Sultan Mahmud, yang menjadi Sultang Langkat.
Baca juga: Agustinus Adisucipto: Pendidikan, Perjuangan, Kiprah, dan Akhir Hidup
Hamzah pertama kali bekerja sebaga guru di Perguruan Rakyat (bagian kecil Taman Siswa) Jakarta.
Di sana, ia bertemu dengan Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Sanusi Pane.
Ia pun turut terlibat dalam majalah Poedjangga Baroe.
Tidak hanya itu, Hamza juga menulis karya sastra di dalam majalah Timboel, Pandji Poestaka, Poedjangga Baroe, dan sebagainya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, pada 29 Oktober 1945 Hamzah diangkat oleh Gubernur Sumatera, Teuku Muhammad Hasan, sebagai wakil pemerintah Republik Indonesia di Langkat.