Belanda pun mengancam akan menangkap dan mengasingkan Thaha ke Batavia.
Namun, ancaman ini sama sekali tidak menggetarkan Sultan Thaha. Justru ia telah menyiapkan pasukan untuk menyerang Belanda.
Pasukan Thaha dipersenjatai dengan pedang, lembing, serta senapan-senapan hasil rampasan dari tentara Belanda.
Setelah ancaman ini tidak berhasi, Belanda mulai mengubah sikap.
Belanda mulai berusaha memilih jalan damai dengan Sultan Thaha. Tetapi, lagi-lagi usahanya mereka gagal.
Sultan Thaha tetap bersikeras tidak ingin terlibat perjanjian apa-apa dengan Belanda.
Baca juga: Basuki Rahmat: Kehidupan, Kiprah, dan Akhir Hidup
Pada 1904, Belanda atas petunjuk Demang Geladak, datang ke tempat persembunyian Thaha di Sungai Aro.
Serangan mendadak dari Belanda ini kemudian membuat Thaha dan pasukannya menyelamatkan diri ke hilir Sungai Aro.
Saat pasukan Thaha masih dalam perjalanan menuju Batung Barat, tiba-tiba ada salah satu pasukan yang menanyakan keberadaan Sultan Thaha.
Jejak Sultan Thaha pun tidak lagi diketahui oleh rakyat umum.
Sultan Thaha meninggal pada 26 April 1904. Tubuhnya disemayamkan di Muara Tebo, Jambi.
Atas jasanya, namanya pun dijadikan sebagai nama bandar udara di Jambi.
Referensi: