KOMPAS.com - Kehidupan suatu masyarakat dari masa ke masa selalu berkembang dan mengalami perubahan.
Begitu pula dengan corak kehidupan manusia zaman prasejarah.
Pada awalnya, masyarakat praaksara hidup secara berpindah-pindah (nomaden) dengan memanfaatkan alat-alat primitif yang masih sangat sederhana.
Kemudian mereka berubah menjadi semi nomaden, dan berubah lagi menjadi menetap di suatu tempat.
Berdasarkan corak kehidupannya, zaman praaksara dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
Corak kehidupan manusia purba yang paling sederhana, yaitu pada masa berburu dan meramu.
Pada periode awal munculnya peradaban manusia ini, kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan bahan yang disediakan alam masih sangat terbatas.
Umumnya, peralatan yang digunakan terbuat dari batu, kayu, atau tulang yang masih sederhana.
Masa berburu dan meramu dibagi menjadi dua, yaitu masa berburu dan meramu tingkat awal dan masa berburu dan meramu tingkat lanjut.
Baca juga: Nomaden: Sejarah dan Perkembangannya
Corak kehidupan manusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal adalah nomaden (berpindah-pindah tempat).
Mereka terus berpindah mencari daerah baru yang melimpah sumber daya alamnya.
Sebab, sumber utama kehidupan mereka bergantung pada ketersediaan alam.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal diperkirakan satu periode dengan Zaman Paleolitikum.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat berburu dan meramu tingkat awal sepenuhnya dari mencari dan mengumpulkan makanan (food gathering).
Makanan yang dikumpulkan berupa umbi-umbian, buah-buahan, keladi, dan daun-daunan.
Bahan makanan yang mereka dapat langsung dimakan alias tidak dimasak, karena masyarakatnya belum mengenal api untuk mengolah makanan.
b. Pola hunian
Pola hunian manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal mempunyai dua ciri khas, yaitu kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka.
Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti ini dapat ditemui di situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo.
Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung
c. Kehidupan sosial
Manusia pada periode ini hidup secara berkelompok di mana satu orang akan bertugas sebagai pemimpinnya.
Pemimpin kelompok inilah yang akan memandu anggota lainnya untuk berpindah tempat.
Selain itu, anggota kelompok laki-laki bertugas memburu hewan sementara perempuan bertugas mengumpulkan makanan.
d. Peralatan yang digunakan
Pada periode ini, sudah terdapat teknik pembuatan alat, tetapi masih sangat sederhana dan kasar.
Peralatan dari batu yang dihasilkan biasanya berupa kapak perimbas dan alat-alat serpih.
Corak kehidupan manusia praaksara pada periode ini setingkat lebih tinggi daripada masyarakat berburu dan meramu tingkat awal.
Hal ini terlihat dari teknik pembuatan alat, tempat tinggal, ataupun kesenian.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan satu periode dengan Zaman Mesolitikum.
Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri
a. Kehidupan ekonomi
Cara memperoleh makanan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut masih bersifat food gathering.
Makanan yang dikumpulkan tidak hanya berupa umbi-umbian, buah-buahan, keladi, dan daun-daunan, tetapi juga siput dan kerang.
Bukti bahwa masyarakatnya juga sering mengonsumsi kerang dan siput adalah ditemukannya kjokkenmoddinger (sampah bukit kerang).
b. Pola hunian
Manusia purba pada periode ini sudah mulai hidup semisedenter, yaitu kadang menetap di gua-gua alam dan berpindah lagi mencari gua lain yang memiliki banyak bahan makanan.
Contoh peninggalan yang khas dari masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut adalah abris sous roche, yaitu gua menyerupai ceruk batu karang yang digunakan sebagai tempat tinggal.
c. Peralatan yang digunakan
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah menghasilkan berbagai kebudayaan, meskipun belum berkembang pesat.
Beberapa contoh hasil kebudayaan dari periode ini adalah kapak perimbas, kapak sumatra, kapak penetak, anak panah, serta alat dari tulang dan tanduk rusa.
Baca juga: Abris Sous Roche: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan
Cara hidup dengan berburu dan meramu mulai ditinggalkan oleh masyarakat prasejarah.
Kemampuan berpikir mereka semakin terasah untuk menjawab tantangan alam.
Hal ini ditandai dengan kemampuan mereka dalam menghasilkan makanan dengan bercocok tanam.
Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam diperkirakan satu periode dengan Zaman Neolitikum.
Masa bercocok tanam sering disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada periode ini telah berhasil mengolah makanan sendiri (food producing).
Hutan yang mereka buka kemudian ditanami dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Sementara binatang buruan yang mereka tangkap mulai dipelihara dan diternak.
Hewan yang diternakkan antara lain kerbau, kuda, sapi, babi, dan unggas.
Selain itu, masyarakatnya diperkirakan telah mengenal sistem pertukaran barang alias barter.
Baca juga: Revolusi Neolitik: Pengertian, Teori Pendukung, dan Hasil Kebudayaan
b. Pola hunian
Ketika beralih ke kehidupan bercocok tanam, pola hunian manusia purba pun berubah.
Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat atau nomaden, tetapi menetap di suatu tempat.
Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya.
c. Kehidupan sosial
Karena hunian mereka telah menetap, masyarakat masa bercocok tanam hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil.
Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong.
Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.
d. Peralatan yang digunakan
Masyarakat pada periode ini mampu membuat peralatan dari batu yang telah dihaluskan dan memperhatikan sisi keindahannya.
Hasil kebudayaan utamanya adalah kapak lonjong dan kapak persegi.
Di samping itu, masyarakat pada masa bercocok tanam telah mengenal pakaian dari kulit kayu.
Baca juga: Zaman Neolitikum: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan
e. Kepercayaan
Masyarakat pada masa bercocok tanam mengenal kepercayaan bahwa orang yang meninggal akan memasuki alam lain.
Oleh karenanya, orang yang meninggal akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari.
Berkaitan dengan kepercayaan ini, muncul tradisi pendirian bangunan besar yang disebut tradisi megalitik.
Beberapa contoh bangunan megalitik adalah dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
Kata perundagian diambil dari kata undagi, yang artinya seseorang yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam.
Masa perundagian merupakan periode akhir prasejarah atau yang lazim disebut Zaman Logam.
Baca juga: Zaman Logam: Pembagian dan Peninggalan
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat masa perundagian tidak hanya bercocok tanam dengan berladang, tetapi juga mengolah sawah.
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa mereka mampu mengatur kehidupan ekonominya dan berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan di musim yang akan datang.
Hasil panen pertanian biasanya disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan.
Mereka juga melakukan perdagangan dengan jangkauan lebih luas, bahkan antar pulau.
b. Kehidupan sosial
Kehidupan sosial manusia pada masa perundagian sudah semakin teratur.
Pemimpin masyarakat biasanya dipilih melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang.
Selain itu, masyarakatnya mulai terbagi ke dalam kelompok sesuai keahlian mereka, misalnya kelompok petani, undagi, pedangan, dan sebagainya.
c. Peralatan yang digunakan
Masyarakat perundagian menggunakan peralatan yang terbuat dari logam.
Teknologi pembuatan benda-benda dari logam pun mengalami perkembangan pesat.
Beberapa peralatan dari logam yang mereka hasilkan antara lain kapak corong, nekara, moko, kapak perunggu, dan bejana perunggu.
Di samping itu, masyarakatnya telah mengenal teknik pembuatan gamelan, batik, ukiran, dan perhiasan.
Referensi: