Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Albertus Soegijapranata: Pendidikan, Kepastoran, dan Akhir Hidupnya

Kompas.com - 11/05/2021, 16:39 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Albertus Sugiyapranata atau yang lebih dikenal dengan nama lahir Soegija merupakan uskup pribumi Indonesia pertama. 

Ia dikenal dengan pendiriannya yang pro-nasionalis yang sering disebut "100% Katolik, 100% Indonesia". 

Soegijapranata juga turut membantu menyelesaikan Pertempuran Lima Hari dan menuntut pemerintah pusat mengirim seseorang untuk menghadapi kerusuhan di Semarang. 

Ia meninggal pada 1963 di Steyl, Belanda dan jenazahnya diterbangkan kembali ke Indonesia. 

Soegijapranata pun dijadikan seorang Pahlawan Nasional dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang. 

Baca juga: KH Zainul Arifin Pohan: Kehidupan, Karir, dan Panglima Hizbullah

Kehidupan

Soegijapranata lahir di Surakarta pada 25 November 1896. 

Ayahnya merupakan seorang abdi dalem di Susuhunan Surakarta. Soegija berasal dari keluarga muslim. Sang kakek, Soepa, adalah seorang kiai. 

Sewaktu Soegija masih kecil, mereka pun pindah ke Yogyakarta. 

Di sana, sang ayah, bertugas sebagai abdi dalem di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk Sultan Hamengkubuwono VII, sementara ibunya menjadi pedagang ikan. 

Soegija mulai menempuh pendidikannya di Sekolah Angka Loro di wilayah Kraton. 

Karena dianggap sebagai anak yang cerdas, pada 1901, Soegija diminta oleh imam Yesuit, Pr. Frans van Lith, untuk bergabung dengan Kolese Xaverius, sekolah Yesuit di Muntilan. 

Pendidikan

Soegija mulai belajar di Kolese Xaverius pada 1909. Kolese Xaverius sendiri adalah sekolah asrama untuk para calon guru. 

Soegija yang sejak kecil tumbuh dalam ilmu agama Islam, pada tahun berikutnya, meminta agar bisa mengikuti pelajaran agama Katolik. 

Hal ini ia lakukan agar ia bisa menggunakan fasilitas sekolah dengan sepenuhnya. 

Pater Mertens, gurunya, menyatakan bahwa Soegija memerlukan izin dari orangtuanya sebelum ia bisa bergabung.

Meskipun orangtuanya tidak mengizinkan, Soegija tetap diizinkan untuk mengikuti pelajaran. 

Soegija pun semakin mendalami ilmu agama Katolik. Bahkan, ia pun meminta agar dibaptis. 

Soegijo dibaptis pada 24 Desember 1910 dan mengambil nama baptis Albertus. 

Saat liburan natal, Seogija menceritakan hal tersebut kepada keluarganya dan mendapat sambutan baik dari sang ayah dan juga ibu.

Namun, keluarga besar Soegija tidak ingin berurusan dengan dirinya lagi. 

Pada 1915, Soegija menyelesaikan pendidikannya di Xaverius dan menjadi seorang guru. Pada 1916, ia masuk di seminari Xaverius, lembaga pendidikan calon pendeta Katolik Roma. Ia lulus pada 1919. 

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Bali

Vikaris Apostolik

Vikaris Apostolik adalah bentuk otoritas suatu kawasan dalam Gereja Katolik Roma yang dibentuk dalam wilayah misi dan di negara yang belum memiliki keuskupan. 

Di Hindia Belanda, jumlah orang Katolik semakin meningkat.

Hal ini membuat, Mgr. Petrus Wilekens, Vikaris Apostolik Batavia, mengusulkan bahwa suatu vikariat apostolik perlu didirikan di Jawa Tengah, berpusat di Semarang. 

Pada 25 Juni 1940, vikariat apostolik dibagi menjadi dua, bagian Timur menjadi Vikariat Apostolik Semarang. 

Pada 1 Agustus 1940, Willekens, menerima sebuah telegram dari Kardinal Giovanni Battista Montini, yang menyatakan bahwa Soegija akan menjadi pemimpin vikariat apostolik yang baru. 

Mendengar kabar tersebut, Soegija pun menyetujui tugas barunya meskipun ia merasa terkejut dan gelisah. 

Pada 30 September 1940, Soegija pergi ke Semarang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com