Kota Bandung menjadi tempat awal di mana Oto mulai aktif dalam dunia politik.
Tiga tahun kemudian, Oto kembali dipindah ke Pekalongan, tempat di mana ia mulai lebih banyak dikenal oleh masyarakat.
Saat bertugas di Pekalongan tahun 1925, Oto terjun ke organisasi Budi Utomo.
Berkat aktivitasnya yang menarik perhatian masyarakat Pekalongan, Oto pun dipercaya untuk menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan dan merangkap sebagai Komisaris Hoofdbestuur Budi Utomo.
Saat aktif di organisasi ini, aktivitas Oto terus diawasi oleh pemerintah.
Oto yang menyadari bahwa sedang diawasi justru mengajak sang reserse, mata-mata, untuk ikut bergabung dalam rapat tersebut.
Baca juga: ASEAN: Tokoh, Prinsip, dan Anggota
Dipercayai sebagai anggota Dewan Kota, Oto berusaha untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
Ia berani membeberkan praktik-praktik buruk yang dilakukan oleh pemerintah jajahan terhadap rakyat Indonesia.
Namun, kecaman yang Oto berikan ini tidaklah diterima oleh Residen Pekalongan, seorang Belanda.
Meskipun demikian, dukungan seluruh anggota Dewan Kota tetap tertuju pada Oto. Semua peristiwa ini kemudian berakhir, karena Oto dipindahkan ke residen lain.
Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran
Pada masa penjajahan jepang, Oto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja pada tahun 1942 sampai 1945.
Kemudian, ia diangkat menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Setelah Indonesia dinyatakan merdeka, PPKI melakukan sidang untuk mengesahkan UUD 1945.
Oto kemudian menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet pertama Republik Indonesia tahun 1945.
Ia bertugas untuk melakukan persiapan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di Indonesia.
Namun, langkah yang diambil oleh Oto ini menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu BKR sehingga ia pun menjadi korban penculikan sekelompok orang bernama Laskar Hitam.
Sejak saat itu, Oto menghilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten pada 20 Desember 1945.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.