Sehingga perdagangan rempah-rempah, sutera, perhiasan, keramik dan komoditas berharga lainnya berpusat di kota ini.
Penguasa Turki dari Dinasti Utsmani (Ottoman) berhasil merebut Konstantinopel pada 1453. Pada saat itu, Konstantinopel merupakan pusat pemerintahan Romawi Tmur.
Dengan jatuhnya Konstantinopel, perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh pedagang-pedagang Islam.
Sedangkan pedagang Eropa tidak bisa lagi membeli rempah-rempah dari Asia.
Hal inilah yang mendorong para pedagang Eropa mencari jalan lain untuk mencapai penghasil rempah-rempah.
Rempah-rempah merupakan komoditas perdagangan yang menjadi primadona di Eropa.
Iklim Eropa yang dingin menyebabkan bangsa Eropa sangat membutuhkan rempah-rempah untuk menghangatkan tubuh.
Selain itu, rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan saat musim dingin dan penyempurna cita rasa masakan.
Oleh karena itu, para pedagang Eropa tetap akan membeli rempah-rempah meskipun harganya sangat mahal.
Rempah-rempah yang dibutuhkan Eropa sebagian besar terdapat di Indonesia, seperti contohnya cengkeh, pala, dan lada.
Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan Kronologi
Salah satu tujuan bangsa Eropa ke Nusantara adalah memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan, atau dikenal dengan nama Gold, Glory, dan Gospel.
Semboyan Gold mendorong mereka memburu kekayaan berupa emas, perak, dan bahan tambang lain yang berharga.
Sebab, menurut paham ini, suatu negara dikatakan makmur apabila mempunyai emas yang melimpah.
Semboyan Glory berarti kejayaan, yang meyakini kejayaan sebuah bangsa dilihat dari banyaknya wilayah koloni yang dimiliki.
Kondisi ini mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk memiliki daerah kekuasaan yang luas.