Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontakan DI/TII di Aceh

Kompas.com - 23/04/2021, 12:47 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada tanggal 20 September 1953 telah terjadi Pemberontakan DI/TII di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh.

Daud Beureueh merupakan seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang Agresi Militer Belanda I. 

Pemberontakan DI TII di Aceh diawali dengan adanya pernyataan proklamasi terkait berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di bawah imam besar Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang

Latar Belakang 

Alasan mendasar yang menjadi latar belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Aceh yaitu kekecewaan yang dirasakan oleh para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh. 

Waktu itu, Provinsi Aceh dilebur ke Provinsi Sumatera Utara yang beribu kota di Medan. 

Keputusan peleburan dianggap mengabaikan jasa baik dari masyarakat Aceh saat berjuang mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia pada masa revolusi. 

Kekesalan Daud Beureueh semakin membara karena pada 1948 Presiden Soekarno pernah berjanji bahwa Aceh boleh menerapkan syariat Islam dan tetap menjadi salah satu provinsi di Indonesia. 

Karena merasa dibohongi, Daud pun memantapkan diri untuk melakukan pemberontakan dengan menyatakan bahwa dirinya bergabung dengan DI/TII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo. 

Saat itu, Kartosoewirjo sudah mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949, sehingga Daud semakin yakin untuk melakukan perlawanan. 

Baca juga: Ken Arok: Asal-usul, Pengkhianatan, dan Akhir Hidup

Upaya Penyelesaian 

Perlawanan yang digerakkan oleh Daud ini menuntut diberikannya hak otonom untuk Aceh. 

Melihat hal tersebut, pemerintah tidak tinggal diam, mereka segera mengambil tindakan untuk menghentikan Pemberontakan DI/TII di Aceh. 

Pemerintah pusat memiliki dua jalur dalam upaya penyelesaian pemberontakan tersebut, yaitu dengan upaya militer dan diplomasi. 

Operasi Militer dilakukan dengan menyelenggarakan Operasi 17 Agustus dan Operasi Merdeka.

Sedangkan cara diplomasi diterapkan dengan mengirim utusan ke Aceh untuk bercengkrama dengan Daud Beureueh.

Setelah melewati proses yang cukup panjang, permasalahan ini akhirnya berakhir dengan jalan damai. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com