Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asal-usul Nama Trenggalek

Konon, nama Trenggalek berasal dari kata teranging galih yang diberikan oleh Ki Ageng Sinawang.

Sebutan teranging galih, yang berarti terangnya hatimu, berasal dari legenda Mbok Randa yang memelihara gajah putih.

Asal nama Trenggalek

Dahulu, ada sepasang suami istri bernama Ki Ageng Sinawang dan Raden Ayu Saraswati yang merawat seorang bayi laki-laki bernama Menak Sopal. 

Berbeda dari bayi-bayi lain, Menak Sopal terbilang cukup aneh. Setiap malam hari, ketika sedang tidur, tubuhnya akan mengeluarkan sinar bak kunang-kunang.

Raden Ayu Saraswati dan Ki Ageng Sinawang percaya bahwa sinar itu menandakan bahwa kelak Menak Sopal akan menjadi pemuda yang luar biasa. 

Dugaan mereka pun benar. Ketika Menak Sopal sudah tumbuh dewasa, ia menjadi pria yang sangat senang menolong orang lain dan memiliki keahlian malih rupa (berubah wujud). 

Suatu ketika, penduduk di sekitar tempat tinggal Menak Sopal di Padepokan Sinawang mengalami masalah kekurangan air. 

Karena masalah itu, mereka kerap berebut air di tepi Sungai Bagong. Menak Sopal pun ingin membantu para penduduk yang sedang kekurangan air.

Menak Sopal lantas menyelidiki keadaan di sekitar Sungai Bagong. Beberapa hari kemudian, ia memutuskan untuk membendung airnya. 

Menak Sopal mengajak para pemuda di Padepokan Sinawang untuk membantunya membangun bendungan air itu. 

Tidak butuh waktu lama, Menak Sopal dan para pemuda berhasil menyelesaikan pembangunan bendungan. Namun, baru saja diselesaikan, tiba-tiba bendungan tersebut ambrol.

Menak Sopal dan para pemuda segera memperbaikinya, tetapi bendungan kembali ambrol setelah selesai diperbaiki.

Rupanya, penyebab bendungan air itu kerap ambrol adalah seekor buaya putih besar yang merusak bendungan dengan sabetan ekornya. 

Salah satu syarat agar buaya putih ini tidak lagi merusak bendungan adalah ia mau memakan kepala seekor gajah putih. 

Menak Sopal menyampaikan keinginan sang buaya putih itu kepada para pemuda. 

Para pemuda mengatakan bahwa satu-satunya orang yang memiliki gajah putih adalah Mbok Randa di Desa Krandon. 

Tanpa berpikir panjang, Menak Sopal segera berangkat ke Desa Krandon dan menemui Mbok Randa. 

Sesampainya di rumah Mbok Randa, Menak Sopal mengutarakan keinginannya untuk meminjam gajah putih miliknya selama tiga hari.

Mbok Randa pun mempertanyakan, jika terjadi sesuatu dengan gajah putih tersebut, siapa yang akan bertanggung jawab. 

Dengan lugas Menak Sopal mengatakan bahwa Padepokan Sinawang lah yang akan bertanggung jawab. 

Setelah tahu bahwa Menak Sopal merupakan salah satu murid dari Ki Ageng Sinawang, Mbok Randa langsung meminjamkan gajah putihnya. 

Segera setalah Menak Sopal kembali ke desanya, gajah putih tersebut disembelih dan kepalanya dilempar ke dalam Sungai Bagong. 

Setelah itu, bendungan kembali dibangun dan dapat berdiri dengan kokoh untuk menampung air dari Sungai Bagong. 

Tiga hari berlalu, Mbok Randa sudah menunggu Menak Sopal mengantarkan kembali gajah putih miliknya. Namun, hingga satu bulan lebih, penantiannya tidak membuahkan hasil.

Mbok Randa pun menjadi marah. Ia mengumpulkan para penduduk Desa Krandon untuk menyerang Padepokan Sinawang. 

Di tengah perjalanan, Mbok Randa tidak sengaja bertemu dengan Menak Sopal dan langsung menanyakan keberadaan gajah putihnya. 

Dengan jujur, Menak Sopal menjawab bahwa gajah putihnya sudah disembelih dan kepalanya diberikan kepada buaya putih agar bendungan air di Sungai Bagong tidak ambrol lagi.

Namun, Mbok Randa tidak mempercayai penjelasan itu, sehingga ia menyuruh penduduk untuk mengejar Menak Sopal.

Menak Sopal sendiri memilih melarikan diri dan terjun ke dalam bendungan. Mbok Randa kemudian menyuruh para penduduk untuk menunggunya muncul kembali ke permukaan.

Sementara itu, Mbok Randa bergegas pergi ke Padepokan Sinawang dan bertemu dengan Ki Ageng Sinawang.

Ki Ageng Sinawang pun memberikan penjelasan yang sama seperti Menak Sopal. 

Setelah mengetahui bahwa gajah putihnya disembelih untuk sesuatu hal yang baik, Mbok Randa pun mengikhlaskannya. 

Ki Ageng Sinawang juga mengatakan bahwa jika daerah Padepokan Sinawang sudah ramai, ia akan menamainya dengan nama Teranging Galih.

Dari nama Teranging Galih kemudian lahir sebutan daerah Trenggalek. 

Referensi: 

  • Santosa, Edy & Jarot Setyono, (2005). Cerita Rakyat dari Trenggalek (Jawa Timur). Jakarta: Grasindo.
 

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/26/140000279/asal-usul-nama-trenggalek

Terkini Lainnya

Sejarah Senam di Dunia

Sejarah Senam di Dunia

Stori
Hindun binti Utbah, Pemakan Hati Paman Rasulullah yang Bertobat

Hindun binti Utbah, Pemakan Hati Paman Rasulullah yang Bertobat

Stori
Kisah Perjuangan RA Kartini

Kisah Perjuangan RA Kartini

Stori
Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Stori
Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Stori
Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Stori
9 Kerajaan Islam di Papua

9 Kerajaan Islam di Papua

Stori
Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Stori
Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke