Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Lampung Melawan Belanda (1850-1856)

Hal itu membuat pemerintah Hindia Belanda semakin berambisi untuk menguasai wilayah Lampung.

Akan tetapi, keinginan tersebut tidak dapat terwujud dengan mudah karena rakyat Lampung dengan tegas menentang pendudukan Belanda.

Perlawanan rakyat Lampung terhadap Belanda dipimpin oleh Radin Inten II, yang masih keturunan Sunan Gunung Jati.

Perang lampung berlangsung selama lima tahun.

Latar belakang Perang Lampung

Pemerintah kolonial selalu mengincar wilayah Lampung, yang merupakan penghasil lada dengan letak strategis, dan memiliki hubungan baik dengan Kesultanan Banten.

Salah satu upaya yang dilakukan Belanda untuk menguasai Lampung adalah dengan membujuk Raden Inten II agar mau menjalin kerjasama.

Akan tetapi, Raden Inten II, yang saat itu baru berusia 16 tahun, lebih memilih untuk mengangkat senjata melawan Belanda.

Alhasil, Belanda pun mulai melancarkan serangan untuk menghancurkan kekuatan Radin Inten II.

Jalannya pertempuran

Perjuangan Radin Inten II untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya didukung penuh oleh rakyat Lampung.

Selain itu, terdapat tokoh bernama Wakhia dari Banten yang membantu Radin Inten II dalam melawan Belanda.

Sebagai penasihat Radin Inten II, Wakhia menggerakkan perlawanan di daerah Semaka dan Sekampung.

Di saat yang sama, Radin Inten II segera memperkuat dan membangun benteng baru yang dilengkapi dengan persenjataan.

Pada 1851, Belanda mulai merespon gerakan di Lampung dengan mengirimkan 400 personil dari Batavia di bawah pimpinan Kapten Yuch.

Serangan Belanda difokuskan pada wilayah Merambung, tempat Radin Inten II menjalankan pemerintahannya.

Akan tetapi, serangan itu dapat dihalau, bahkan Belanda terus-menerus mengalami kegagalan.

Hingga 1856, Belanda terus menyerang hingga mengerahkan setidaknya sembilan kapal perang, tiga kapal pengangkut alat perang, dan puluhan kapal lainnya.

Ketika Belanda melakukan serangan besar-besaran di bawah pimpinan Kolonel Welson, Radin Inten II pun mengahadapinya dengan gagah berani dan penuh perhitungan.

Taktik gerilya yang dilakukan Radin Inten II ternyata cukup efektif untuk menghalau serangan musuh.

Taktik licik Belanda

Melihat serangan semi serangannya selalu dikalahkan pasukan Radin Inten II, Belanda akhirnya memutuskan untuk mengubah strategi.

Belanda melakukan siasat licik dengan memperalat Radin Ngerapat, agar mengundang Radin Inten II dalam sebuah pertemuan.

Di tempat yang telah ditentukan, Belanda kemudian menyergap Radin Inten II secara tiba-tiba dan terjadilah perang terbuka.

Dikarenakan kalah jumlah dan persenjataan, Radin Inten II akhirnya gugur pada 5 Oktober 1856 di usia 22 tahun.

Dengan begitu, seluruh wilayah Lampung berhasil dikuasai Belanda, yang kemudian menjadikannya sebagai area perkebunan.

Referensi:

  • Pratama, Suryadi. (2018). Buku Pintar Mengenal Pahlawan Indonesia. Tangerang: Cemerlang.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/07/110000379/perang-lampung-melawan-belanda-1850-1856

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke