Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah pada periode 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956.
Soeroso juga pernah menjadi Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia serta menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Dalam BPUPKI, Soeroso bertugas menjadi wakil ketua, membantu K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
Masa Muda
Raden Pandji Soeroso lahir di Sidoardo, 3 November 1893.
Pada 1912, Soeroso pernah memimpin aksi pemogokan siswa yang protes terhadap kepala sekolah mereka (seorang Belanda).
Sang kepala sekolah dianggap telah menghina bangsa Indonesia.
Akibatnya, Soeroso dipecat dari sekolah tersebut.
Kemudian pada 1917, Soeroso telah berhasil memperjuangkan nasib para pemilik warung pribumi di pinggir Jalan Probolinggo agar tidak dibongkar.
Kiprah
Tidak berhenti di situ, pada 1921, Soeroso dipilih menjadi Ketua Personil Pabrik Bon Daerah Mojokerto.
Di sana ia memimpin pemogokan buruh di Pabrik Gula di Mojokerto milik seorang Belanda.
Pada 1921 sampai 1923, Soeroso juga berhasil memperjuangkan kaum tani sebagai pengolah tanah dalam melawan tindakan semena-mena dari pabrik gula tersebut.
Memasuki tahun 1924, Soeroso sudah mulai aktif dalam dunia politik.
Pada tahun yang sama, Soeroso diangkat menjadi anggota volksraad atau Dewan Rakyat.
Menjabat sebagai Dewan Rakyat, Soeroso berhasil menolak pajak Landrente di Sumatera Barat.
Sewaktu pejabat Jepang di Magelang mengumpulkan 400 orang Bekasi untuk dijadikan perawat dalam, PMI dibubarkan.
Pada dasarnya pengumpulan 400 orang ini untuk mempersiapkan kekuatan bersenjata untuk menyerang Republik Indonesia.
Ketika rakyat menaikkan bendera merah putih di Gunung Tidar, Jepang berusaha menahan.
Keadaan pun mulai memanas dan semakin menegangkan saat Jepang mulai menembak hingga dua pemuda menjadi korban. Emosi rakyat semakin memuncak.
Soeroso yang mengetahui hal ini segera menenangkan rakyat yang akan menyerang markas Jepang.
Lalu, Soeroso pergi menemui Jenderal Tanaka untuk memintanya menghukum Kempetai atau polisi tentara Jepang.
Jenderal Tanaka mengabulkan permintaan Soeroso.
Setelah itu, pada 1945, Soeroso ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah pertama pasca kemerdekaan.
Empat tahun kemudian, 1949, setelah Agresi Militer Belanda II, Soeroso ditunjuk menjadi Menteri Dalam Negeri.
Karier politik masih berlanjut. Pada 1958, RP Soeroso diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota Pertimbangan Penghargaan Perintis Kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, pada 1956, Soeroso terpilih menjadi Ketua Badan Koordinasi Pusat Koperasi Pegawai Negeri Seluruh Indonesia.
Akhir Hidup
RP Soeroso wafat pada 16 Mei 1981.
Ia memiliki seorang putra bernama Raden Pandji Soejono, seorang ahli purbakala atau arkeolog senior di Indonesia.
Untuk mengenang jasa Soeroso, melalui SK Presiden No. 81/TK/1986, ia dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/28/170000179/raden-pandji-soeroso--masa-muda-peran-dan-kiprah