Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Munculnya Golongan Terpelajar pada Awal Abad ke-20

Golongan terpelajar sendiri muncul pada tahun 1908 sampai 1928, pada masa pergerakan nasional Indonesia. 

Berikut ini yang menyebabkan munculnya golongan terpelajar pada awal abad ke-20 dalam masyarakat Indonesia adalah Politik Etis.

Politik Etis

Politik Etis atau politik balas budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan bumi putera. 

Kebijakan politik etis ini dikeluarkan oleh Ratu Belanda Wilhelmina pada 1899.

Munculnya kebijakan ini tidak lepas dari adanya kritik dari tokoh Belanda, C. Th. Van Deventer melalui tulisannya di majalah De Gids pada 1899. 

Tulisannya bertajuk Een Eereschlud (satu hutang kehormatan).

Isi tulisan ini menggambarkan pemerintah Belanda yang sudah lama mengambil untung besar dari wilayah jajahan, sedangkan rakyat pribumi menderita. 

Oleh karena itu, pemerintah Belanda pun memiliki kewajiban moral untuk melakukan balas budi.

Tiga program utama yang dibuat dalam kebijakan ini adalah:

  • Irigasi
  • Edukasi
  • Emigrasi (transmigrasi)

Dari ketiga program ini diharapkan mampu membawa perubahan besar berupa kemajuan Hindia Belanda. 

Dampak yang paling terlihat dari tiga program tersebut yaitu di bidang pendidikan, di mana pendidikan hanya diberikan kepada anak-anak pegawai negeri dan penduduk yang mampu.

Kebijakan etis ini ternyata berhasil membuka peluang bagi mobilitas sosial masyarakat di Hindia Belanda, sehingga memunculkan beberapa kelompok kecil intelektual bumiputera.

Implementasi Pendidikan

Pelaksanaan politik etis ini memberikan kesempatan kepada golongan tertentu untuk bisa memperoleh pendidikan. 

Sistem pendidikan yang didirikan Belanda didorong oleh suatu kebutuhan yang diperlukan Belanda, bukan untuk memajukan rakyat Indonesia. 

Pemerintah kolonial Belanda butuh pegawai yang cerdas, namun pendidikannya tidak perlu terlalu tinggi sebab akan menjadi ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda.

Tokoh-tokoh Golongan Terpelajar 

Golongan terpelajar berupaya untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai diskriminasi yang dilakukan oleh penjajah. 

Golongan ini berusaha untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan rasa nasionalisme melalui pendidikan. 

Pelaksanaan pendidikan kolonial Belanda ini kemudian melahirkan golongan terpelajar yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan.

Beberapa tokoh golongan terpelajar yang lahir dari pelaksanaan pendidikan kolonial Belanda adalah:

Kontribusi Golongan Terpelajar 

Golongan terpelajar ini memiliki peranan penting dalam pergerakan nasional. 

Mereka berupaya untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai bidang, seperti berikut:

Bidang Pendidikan

Dr. Wahidin Sudirohusodo mengadakan Studie Fonds (Dana Belajar) untuk memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia agar bisa melanjutkan pendidikan sekolahnya. 

Bermula dari Dana Belajar, kemudian lahirlah organisasi Budi Utomo untuk memperjuangkan kemajuan dan perluasan pendidikan.

Selain itu, didirikan pula organisasi Muhammadiyah untuk menuntun nilai agama yang telah dianggap menyimpang.

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. 

Selanjutnya adalah didirikannya Sekolah Taman Siswa pada 3 Juli 1922 oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. 

Bidang Ekonomi 

Pelaksanaan kebijakan politik etis tentulah membutuhkan sebuah rencana yang matang dan anggaran yang memenuhi. 

Pemerintah kolonial kemudian membentuk sebuah komite untuk mengusut keadaan ekonomi rakyat jajahan.

Penjajah pun melakukan eksploitasi yang kemudian menimbulkan reaksi dari kalangan golongan terpelajar. 

Tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh penjajah ini semata-mata untuk melindungi kepentingan penjajah, bukanlah rakyat jajahan. 

Kepentingan ini kemudian membuat kondisi hidup rakyat Indonesia atau jajahan menjadi terbelakang, akibat adanya eksploitasi dan diskriminasi pemerintah kolonial Belanda.

Bermula dari masalah ini, Mohammad Hatta kemudian berusaha untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat. 

Mohammad Hatta bersama golongan terpelajar lainnya melakukan reaksi untuk menunjukkan kekecewaan mereka terhadap eksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Bidang Sosial 

Golongan terpelajar mendirikan organisasi pergerakan nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar terbebas dari penjajah.

Organisasi ini kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari pergerakan nasional, salah satunya Budi Utomo. 

Referensi:

  • Imsawati, DN, Sri Handayani dan Sumardi. (2017). The Intelectual's Constribution in the National Movement of in Indonesian 1908-1928. Jurnal Historica. Vol. 1.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/03/155806079/munculnya-golongan-terpelajar-pada-awal-abad-ke-20

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke