Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nyai Ahmad Dahlan: Masa Muda, Kiprah, dan Akhir Hidup

Siti Walidah adalah istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. 

Ia menggagaskan pemikirannya mengenai pendidikan yang dikenal dengan konsep "catur pusat". 

Catur Pusat adalah formula pendidikan yang menyatukan empat komponen, yaitu:

  1. Pendidikan di lingkungan keluarga
  2. Pendidikan di dalam lingkungan sekolah
  3. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat
  4. Pendidikan di daam lingkungan tempat ibadah

Gagasan ini kemudian dapat diwujudkan menjadi sebuah sekolah. 

Kehidupan

Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 1872. 

Ayahnya bernama Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang ulama dan anggota dari Kesultanan Yogyakarta. 

Siti Walidah pun bertumbuh di lingkungan keluarga yang religius. 

Ia menempuh pendidikan belajar di rumah dalam berbagai aspek Islam, termasuk bahasa Ara dan al-Qur'an.

Nyai Ahmad Dahlan pun menikah dengan Ahmad Dahlan. Saat itu, Ahmad Dahlan tengah sibuk mengembangkan kelompok Islam. 

Alhasil, Nyai Ahmad Dahlan pun ikut melakukan perjalanan bersama sang suami.

Kiprah

Sopo Tresno 

Pada 1914, Nyai Ahmad Dahlan membentuk grup doa bernama Sopo Tresno, yang artinya Siapa Cinta. 

Ia bersama suaminya, Ahmad Dahlan, mengambil giliran untuk memimpin grup ini.

Setelah itu, Nyai pun semakin berfokus pada ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan masalah perempuan.

Aisyiyah 

Bersama suami dan tokoh Muhammadiyah lainnya, Nyai Ahmad Dahlan membahas tentang formalisasi Sopo Tresno sebagai kelompok perempuan. 

Selanjutnya, ia pun membentuk kelompok baru bernama Aisyiyah, diambil dari istri Muhammad Aisha. 

Gerakan ini bertujuan untuk terlaksananya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam lingkungan masyarakat perempuan. 

Kelompok baru ini diresmikan pada 22 April 1917 dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai ketua.

Lima tahun kemudian, organisasi ini tergabung dalam Muhammadiyah. 

Adapun usaha dari organisasi Aisyiyah yaitu:

Muhammadiyah dan Aisyiyah

Setelah kematian Ahmad Dahlan pada 1923, Nyai Ahmad Dahlan melanjutkan keaktifannya di organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Pada 1926, ia memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya.

Nyai Ahmad Dahlan menjadi wanita pertama yang memimpin konferensi semacam ini.

Pada 1934, ia lanjut memimpin Aisyiyah. 

Semasa penjajahan Jepang, Aisyiyah dilarang bekerja dengan perempuan oleh Ordo Militer Jepang di Jawa dan Madura pada 10 September 1943. 

Ia bekerja di sekolah dan berjuang menjaga siswanya agar tidak dipaksa untuk menyanyikan lagu-lagu Jepang. 

Selama Revolusi Nasional Indonesia, Nyai Ahmad Dahlan mengelola dapur umum rumahnya untuk para tentara. 

Ia juga turut mempromosikan dinas militer kepada murid-muridnya. 

Tidak berhenti di situ, Nyai Ahmad Dahlan turut serta berpartisipasi dalam diskusi tentang perang dengan Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno.

Akhir Hidup 

Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada 31 Mei 1946. Jenazahnya disemayamkan di Masjid Kauman di Yogyakarta. 

Sekretaris Negara, Abdoel Gaffar Pringgodigo bersama Menteri Agama, Rasyidi, mewakili pemerintah dalam pemakamannya.

Pada 10 November 1971, Nyai Ahmad Dahlan dideklarasikan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soeharto berdasarkan Surat Keppres No 42/TK/1971. 

Referensi: 

  • Samsu Hidayat, dkk. (2010). Studi Kemuhammadiyahan, kajian Historis, Iodeologi, dan Organisasi. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta. h. 138.
  • Hajar Nur Setyowati & Mu’arif. (2014). Srikandi-srikandi Muhammadiyah ‘Aisyiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. h.51-52.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/191048479/nyai-ahmad-dahlan-masa-muda-kiprah-dan-akhir-hidup

Terkini Lainnya

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Stori
Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Stori
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Stori
Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Stori
Peran Adolf Hitler dalam Perang Dunia II

Peran Adolf Hitler dalam Perang Dunia II

Stori
Tumpek Krulut, Hari Kasih Sayang Umat Hindu Bali

Tumpek Krulut, Hari Kasih Sayang Umat Hindu Bali

Stori
Alasan Perekonomian Mataram Kuno Tidak Bergantung pada Sektor Maritim

Alasan Perekonomian Mataram Kuno Tidak Bergantung pada Sektor Maritim

Stori
Sejarah Marga Purba

Sejarah Marga Purba

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke