KUTA, KOMPAS.com - Efek gelaran World Superbike (WSBK) 2022 Mandalika di Sirkuit Pertamina Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang berlangsung pada 11-13 November 2022 ikut dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.
Kehadiran event-event internasional seperti WSBK tersebut menjadi ladang rezeki potensial yang mengangkat ekonomi kerakyatan.
Hal itu diungkapkan Amirudin, seorang warga sekitar yang merasakan langsung manfaat ekonomi dari Sirkuit yang diresmikan pada 12 November 2021 tersebut.
Ia berkisah sebelum sirkuit dibangun, dulunya lokasi tersebut disebut sebagai daerah mati.
Area sirkuit sekarang tadinya merupakan hamparan perbukitan gersang panas dekat laut yang sulit dikelola. Selain itu, daerah tersebut juga terkenal sebagai lokasi tindak kejahatan.
“Karena dulu di sini ini adalah daerah sepi, daerah mati, geografisnya pegunungan,“ ujar Amirudin kepada Kompas.com.
Baca juga: Secuil Ironi di Balik Gegap Gempita Ajang Balap Dunia di Mandalika
“Pekerjaan orang di sini tidak tentu, asalkan menghasilkan saja. Dulu daerah sini Lombok Barat terkenal sebagai sumber kejahatan."
“Tapi, sekarang alhamdulillah sudah berubah 100 persen,” katanya menambahkan.
Pemerintah Indonesia memang memberikan dukungan penuh kepada Sirkuit Mandalika untuk menjadi salah satu ikon olahraga balap roda dua dunia.
Dalam pembangunannya, sirkuit yang terletak di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok tersebut juga dilengkapi dengan infrastruktur akses yang memadai.
Telah dibangun jalan bypass yang menghubungkan langsung Bandara Internasional Lombok ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Baca juga: BERITA FOTO: Potret Perjuangan Alvaro Bautista Juara Dunia di Mandalika
Tersedianya akses yang memadai lantas menjadi fondasi yang menciptakan titik-titik ekonomi baru yang sebelumnya tidak bisa terjangkau. Sehingga, muncul banyak peluang bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan derajat ekonominya.
“Artinya orang-orang pengangguran itu ada tempat kerja. Paling tidak mereka yang tidak punya ijazah itu dijadikan security, karena sekarang kan tiap hotel ada security,” tutur Amirudin, pria berusia 45 tahun tersebut.
“Banyak juga warga lokal yang dipekerjakan sebagai panitia atau volunteer. Karena yang diutamakan daerah setempat khusus untuk acara ini,” katanya.
Tidak sampai di situ saja, tersedianya infrastruktur yang memadai kini juga menubah wajah Desa Kuta.
Daerah perbukitan yang dulunya gersang kini justru menjadi salah satu spot favorit untuk menyaksikan matahari terbenam di Pulau Lombok.
“Bisa dikatakan sebagai tempat wisata juga lokasi ini, bukan hanya sekadar sirkuit. Di belakang sirkuit itu kan ada pantai dan gunung, banyak orang yang ke sana sore-sore,“ ucap Amirudin.
Hal itu memberikan masyarakat sekitar lebih banyak opsi dalam mencari pendapatan dari sektor pariwisata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.