Dengan gaya bertarung pantang mundur, petarung berjuluk “The Iron Man” ini memang pantas disebut sebagai manusia besi.
Saat menerima pukulan lawan, Rodtang hanya bisa menari dan menantang lawannya untuk melayangkan serangan yang lebih keras.
Namun, di balik rahang besi Rodtang, terdapat ribuan jam latihan yang telah ia lalui serta ratusan kilometer yang ia tempuh dari satu arena laga ke arena lainnya.
Menginjak usia remaja, enam tahun setelah menjalani debut muay thai, Rodtang merantau ke Bangkok untuk menjajal kompetisi yang lebih tinggi.
Di ibu kota Thailand tersebut, ia berlatih di sasana ternama Jitmuangnon yang kini ia sematkan sebagai namanya.
Karier Rodtang terus berkembang hingga dilirik ONE Championship. Yang awalnya bocah miskin, kini namanya semakin dikenal dunia.
Namun, berita duka menghampiri. Pada 2018, Huan, salah satu pelatihnya, meninggal dunia karena serangan jantung.
Setahun berselang, sang ayah didiagnosis menderita kanker stadium 3.
Baca juga: 5 Laga ONE Championship Terbaik pada Paruh Pertama 2022: Ada Aksi Petarung Indonesia
Pada 2020, jelang berlaga melawan Jonathan Haggerty, Rodtang mengajak kedua orang tuanya untuk menyaksikan langsung ia berlaga demi memberi mereka secercah kebahagiaan serta gambaran tentang perjuangan yang ia jalani.
Sang ayah perlahan sembuh setelah menjalani berbagai pengobatan. Kini kondisinya telah membaik.
Pada Juni lalu, Rodtang berhasil memberikan rumah baru bagi orang tuanya.
Kemudian pada Mei, Rodtang mendapat bonus senilai 50.000 dollar AS (sekitar Rp 733 juta) berkat penampilannya saat mengalahkan Jacob Smith di ONE 157.
"Dari seorang anak miskin, sekarang saya bisa membeli rumah untuk kedua orang tua, membeli rumah untuk diri sendiri serta memiliki uang untuk keluarga," tulisnya dalam sebuah unggahan di Facebook.
"Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih pada muay thai. Tanpa muay thai, saya tak akan ada di posisi sekarang," lanjutnya.
Rodtang memang selalu memberikan kredit pada orang tua atas keberhasilan yang telah ia capai.
Baca juga: Wawancara Adrian Mattheis Jelang Partai Kedua Lawan Eks Juara Dunia ONE Championship
"Keluarga melakukan segalanya untuk kami anak-anaknya. Mereka selalu pergi meninggalkan rumah di pagi hari dan pulang larut malam," kenang Rodtang.
"Ayah saya sering bekerja jadi kuli proyek sampai menebang pohon karet. Sementara ibu sering jadi tukang cuci piring di acara pemakaman sampai jadi nelayan," ujarnya.
Melihat sosok Rodtang sekarang, kedua orang tuanya tentu boleh berbangga. Bagaimana anak yang dibesarkan dengan penuh perjuangan bisa mengubah kehidupan keluarga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.