KOMPAS.com - Peraih medali emas ASEAN Para Games 2022 cabang olahraga bulu tangkis sektor kursi roda (WH2), Wiwin Adri, punya cerita cukup nahas soal kondisi kakinya.
Pada tahun 2011, Wiwin Adri mengalami kecelakaan motor. Kaki kanannya harus diamputasi.
Hidupnya gelap, tak punya pandangan ke depan, pasrah dengan keadaan. Hingga pindah ke Jakarta mengubah hidupnya.
"Semenjak saya habis kecelakaan saya tinggal di Jakarta," kata Wiwin Adri kepada Kompas.com.
Baca juga: Dimas Tri Aji: Mantan Kuli yang Raih Medali ASEAN Para Games, Terinspirasi Anthony Ginting
Sejak kepindahannnya itu, dia mengenal olahraga bulu tangkis kursi roda (wheelchair).
Wiwin Adri menemukan jalan baru untuknya, National Paralympic Committee (NPC) menjadi wadah baru baginya.
"Nah, di sanalah saya bertemu dengan teman-teman yang disabilitas."
"Dari sana saya melihat peluang bahwa kekurangan ini tidak membatasi untuk mengharumkan Indonesia," ungkap pria kelahiran Desa Tihang, Kota Baturaja, Sumatera Selatan.
Baca juga: Setiawan: Ditabrak Truk Tronton, Pincang Permanen, dan 2 Emas ASEAN Para Games 2022
Semangatnya kembali tumbuh, masa depan dia tatap dengan berani, bukan lagi jadi masalah menggunakan kursi roda.
Bagi dia, selama tangan kiri memegangi kursi roda, tangan kanan genggam raket, dia berani menatap dunia.
"Tetap semangat walaupun tidak memiliki organ tubuh yang sempurna," kata dia tegas.
Sebelum kecelakaan, Wiwin Adri tak begitu mengenal dengan dunia bulu tangkis.
Menurutnya, bulu tangkis hanya untuk orang-orang yang memiliki uang di tanah kelahirannya, Desa Tihang, Kota Baturaja, Sumatera Selatan.
Baca juga: Cerita Ahsan Minder Dipasangkan dengan Hendra Setiawan
"Di Desa Tihang hanya sekadar main, hiburan. Main bulu tangkis di kampung saya itu hanya orang yang punya uang berlebih," kata dia.
"Jangankan main bulu tangkis, beli raket pun kami tidak mampu," ungkapnya.
Namun, kembali lagi di jalan yang dia lalui. Sulit bukan berarti tidak bisa baginya.
Bermain bulu tangkis sekaligus menggunakan kursi roda belum pernah dia bayangkan sama sekali dalam hidupnya.
Tak pelak dia kian geram dengan kondisinya. Hanya saja, tekad dirinya bangkit terus menyala.
Baca juga: Kholidin, Pepanah dengan Gigi
"Awal bermain di nomor wheelchair ini susah, pertama karena saya belum pernah menggunakan kursi roda."
"Berjalannya waktu, latihan yang giat, tekun, dan tiap hari, akhirnya bisa sampai sini."
"Tangan lecet, bahu cedera hampir dua tahun tangan saya tidak ada respons seperti stroke, tapi tetap berlatih," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.