KOMPAS.com - Pemerintah Qatar akan bersikap tegas kepada suporter dari berbagai negara yang ingin menyaksikan langsung Piala Dunia 2022.
Qatar memiliki aturan yang cukup asing di mata orang-orang Eropa atau Amerika Latin, seperti berhubungan badan tanpa ikatan suami-istri dan LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgender).
Seperti diketahui, masyarakat Qatar mayoritas adalah muslim. Pemerintah Qatar juga memberlakukan aturan berdasarkan ajaran muslim.
Dalam hal ini, LGBT dan seks bebas adalah larangan dalam ajaran muslim.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Hujan Tanda Hati untuk Messi dengan Kuncung Ronaldo
Qatar bahkan sudah menyiapkan undang-undang khusus bagi suporter yang melakukan larangan tersebut.
Kepolisian Qatar telah mengeluarkan pernyataan tegas terhadap kebiasaan seks bebas ataupun pesta usai laga orang-orang Eropa dan Amerika Latin.
"Seks sangat dilarang, kecuali Anda datang sebagai suami dan istri," bunyi pernyataan kepolisian Qatar, dikutip dari Sportskeeda dan French24.
Baca juga: Kapasitas Stadion Laga Final Piala Dunia 2022, Segini
"Kami tak mengizinkan cinta satu malam pada turnamen ini. Tidak ada pesta. Semua orang harus memahaminya, kecuali ingin masuk penjara."
"Pada dasarnya ada larangan seks di Piala Dunia tahun ini untuk pertama kalinya. Fans harus bersiap," kata mereka.
Hukuman tujuh tahun penjara menjadi balasan bagi suporter yang melakukan seks bebas di Qatar.
"Berpesta dan minum-minuman setelah laga, yang mana normal di tempat lain, sangat dilarang dengan konsekuensi tegas tanpa toleransi jika ketahuan."
Baca juga: Final Piala Dunia 2022, Ada 5 Juta Permohonan Tiket
"Hal ini sudah pasti menjadi turnamen buruk bagi para suporter," tegas mereka.
Kepala Keamanan Piala Dunia 2022, Abdullah Al Nasari, menegaskan larangan kampanye LGBT di Qatar.
Larangan tersebut tentu bersimpangan dengan yang dilakukan orang-orang Eropa, khususnya Inggris, yang melakukan kampanye LGBT.
"Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda mengenai LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat (kami)."
Baca juga: 13.000 Pekerjaan Baru di Piala Dunia 2022
"Kami tidak akan pindah agama hanya karena turnamen selama 28 hari," kata Al Nasari menegaskan.
"Jika seorang penggemar mengibarkan bendera pelangi di stadion dan bendera itu diambil, itu bukan karena kami ingin menyinggungnya, tetapi untuk melindunginya," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.