KOMPAS.com - Timnas Indonesia sarat akan prestasi dalam dua dekade terakhir. Namun demikian, bukan berarti pemain-pemain yang mengisi skuad Garuda tak berbakat.
Dari ribuan atau bahkan jutaan pesepak bola berbakat di Tanah Air, hanya ada 11 pemain yang bisa mengemban lambang Garuda di dada.
Kecilnya kesempatan tersebut tak membuat legenda-legenda sepak bola Indonesia pupus.
Mereka membuktikan diri berhak memakai seragam kebanggaan Indonesia untuk berpentas di level internasional.
Baca juga: Bedah Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2020
Siapa sajakah yang tergolong pesepak bola legenda Indonesia, khususnya dalam dua dekade terakhir?
Bambang Pamungkas memang belum pernah memberikan satu pun trofi bergengsi untuk timnas Indonesia.
Akan tetapi, keberadaannya sangat disambut seantero Nusantara. Bepe, sapaan akrabnya, adalah sosok striker dengan caps terbanyak di timnas Indonesia, yakni 86 kali.
Selain itu, dia merupakan pencetak gol terbanyak kedua untuk Garuda dengan torehan 37 gol.
Baca juga: Mengapa Thailand Terkuat di Asia Tenggara? Ini Jawaban Shin Tae-yong
Sementara pencetak gol terbanyak di timnas Indonesia adalah Soetjipto Soentoro dengan torehan 57 gol. Dia sosok legenda timnas Indonesia di era 1965-1970.
Tanah Papua takkan pernah kehilangan mutiara, begitulah adanya. Ya, Boaz Solossa adalah idola Indonesia kelahiran Jayapura, Papua.
Bagi masyarakat Papua, Boaz Solossa ibarat seperti Diego Maradona, idola sekaligus panutan.
Boaz Solossa pernah dua kali patah kaki ketika membela timnas Indonesia, tetapi dia tidak pernah menyesal berseragam Garuda di dada.
Budi Sudarsono terkenal dengan julukan "Ular Piton". Julukan itu tersemat berkat kepiawaiannya menjaga bola dari curian lawan.
Baca juga: Liga 1 2020, Budi Sudarsono bersama Young Guns Persik Kediri
Budi Sudarsono juga cermat dalam meliuk-liuk di pertahanan lawan layaknya ular.
Di sisi lain, dia juga tajam dan kerap menjadi bintang kemenangan lewat aksi dan golnya.
Kurniawan Dwi Yulianto juga merupakan sosok striker. Dia punya postur yang cukup kecil sehingga dijuluki "Si Kurus".
Kendati bertubuh kurus, Kurniawan Dwi Yulianto kerap menjadi andalan timnas Indonesia maupun klubnya.
Dia juga sempat menimba ilmu di tim remaja Sampdoria. Kurniawan juga pernah bergabung dengan klub Swiss, FC Luzern.
Baca juga: Dua Pesan Penting Kurniawan Dwi Yulianto Sikapi Kasus Saddil Ramdani
Charis Yulianto bukanlah sosok striker dibanding dengan empat pemain sebelumnya. Dia adalah pemain belakang atau bek.
Dia pernah mengemban ban kapten timnas Indonesia menggantikan sosok Ponaryo Astaman.
Kini, dia mendirikan Charis Yulianto Football Academy untuk mencetak bibit-bibit baru di Indonesia.
Baca juga: Mengapa Timnas Indonesia Bisa Dapat Dispensasi Karantina Setelah Pulang dari Singapura?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.