"Di sini, kita hanya melihat hasil, kalah dimaki-maki, sampai gegar otak dia (setelah mengalami kecelakaan di sesi FP1 Moto2 Assen 2019). Kasihan. Ini yang harus diperhatikan dan merupakan tugas IMI."
Di dunia balap mobil, Ricardo Gelael mengutarakan bahwa regenerasi pebalap pun mandek.
"Setelah Sean habis, tidak ada lagi. Ratusan juta orang dan tidak ada yang bisa melanjutkan," ujarnya.
Ricardo Gelael mengutarakan bahwa regenerasi dunia motorsport Indonesia harus melihat apa yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat sebelum berbicara menjadi tuan rumah ajang Formula 1 atau MotoGP.
"Kenapa harus berbicara F1? Kenapa MotoGP? Anda harus lihat apa yang kita punya hari ini. Yang kita punya (balapan) underbone, Honda jazz, masuk gokart saja susah
"Ini tugas IMI, tidak perlu sirkuit F1, bikin sirkuit gokart dan bikin underbone. Ini kalau mau membangun motorsport Indonesia."
"Kalau bicara F1 itu sudah entertainment."
Baca juga: Pemimpin Klasemen WSBK, Toprak: Mandalika Terlihat Menyenangkan untuk Balapan
"Legacy motorsport Indonesia harus dibangun blueprint-nya. Kita realistis saja, bangun dari bawah baru mikir yang lain-lain."
Tak hanya itu, Ricardo Gelael juga berbicara mengenai syarat mutlak yang harus dimiliki seorang dengan ambisi menjadi pebalap.
"Murni dana, itu sudah pasti, dan fasilitas," ujarnya lagi.
"Bayangkan, F1 22 kali balapan sepanjang musim ini dan setiap sirkuit punya 17 settingan sayap beda-beda. Setiap sirkuit anginnya beda-beda. Begitu teknis."
"Motorsport itu olahraga gila. Alat itu 50 persen dari sukses. Beda dengan pemain bola dan pemain bulu tangkis. Seorang pebalap harus jadi satu sama alat. Itu yang susah."
Ketika ditanya mengenai hal sama beberapa saat kemudian, Bambang Soesatyo mengutarakan IMI sudah menyiapkan berbagai agenda tahun depan untuk mendukung kelahiran pebalap-pebalap baru.
"Kami akan perbanyak event nasional. Mudah-mudahan ada (pebalap) yang oke," tuturnya.
"Problem kami sponsor. Lagi kami pikirkan. Kalau motor rada lumayan (regenerasinya). Tahun depan ada program banyak dan sudah disiapkan."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.