KOMPAS.com - Tommy Sugiarto merupakan salah satu pebulu tangkis independen yang berkesempatan tampil di level internasional.
Tommy Sugiarto melepas status pemain pelatnas pada 2010. Tetapi kembali masuk pada 2013.
Kemudian pada tahun 2015, putra dari legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto, tersebut, lagi-lagi memilih keluar dari pelatnas.
Menjadi atlet profesional bisa dibilang lebih rumit daripada atlet di bawah naungan PBSI (dalam hal ini pelatnas).
Baca juga: Indonesia Masters: Berjuang hingga Jari Luka, Ini Kata Tommy Usai Kalah dari Momota
Sebab, atlet profesional akan mengurus segala keperluan dan fasilitas latihannya secara mandiri.
Seorang atlet profesional seperti Tommy Sugiarto harus membayar sewa lapangan, pelatih, hingga teman latih tandingnya dari kantong sakunya sendiri.
Hal ini berbeda dengan apa yang dia dapat kala bergabung di pelatnas. Lalu, mengapa dia keluar?
Tommy Sugiarto tidak mengutarakan langsung apa yang membuat dirinya keluar dari pelatnas.
Sementara dari PBSI menyatakan kepergian Tommy dikarenakan sang pemain merasa performanya kurang berkembang.
Baca juga: Legenda Bulu Tangkis Icuk Sugiarto Lari Bawa Obor Asian Games dari Taman Fatahillah
"Alasan yang disebutkan Tommy adalah karena ia merasa permainannya tidak berkembang," ujar Rexy Mainaky yang menjabat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI pada tahun 2015.
Tiap kali mendengar nama "Sugiarto" tentu takkan pernah lepas dari salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto.
Ya, Tommy adalah penerus dari Icuk Sugiarto sebagai pebulu tangkis andalan Merah Putih.
Icuk Sugiarto pernah membawa nama Indonesia membumbung tinggi pada masa kejayaannya, tepatnya era 1980-an.
Baca juga: Rekap Indonesia Masters: 4 Wakil Merah Putih Menang, Fikri/Bagas Moncer Depan Senior
Dia pernah membantu Indonesia meraih trofi Piala Thomas 1984 di Kuala Lumpur. Selain itu, tidak pernah absen memberi medali dari ajang SEA Games pada tahun 1985, 1987, dan 1989.
Icuk Sugiarto juga pernah meraih gelar juara dunia di sektor tunggal pada tahun 1983. Pada partai final saat itu, dia mengalahkan pebulu tangkis Indonesia lainnya, Liem Swie King.