"Ketika saya berdoa, saya berkata 'Tuhan tolong berikan saya pekerjaan yang sesuai dengan kebisaan saya'. Saya bisa membuat panah dan busur, kenapa tidak dimanfaatkan," tuturnya.
Pesanan yang datang ke Popop awalnya berasal dari mulut ke mulut. Ketika pesanan mulai banyak berdatangan, ia memberanikan diri mengajukan pinjaman ke bank untuk menambah modal.
"Saat ada banyak pesanan, saya ke bank (untuk mengajukan pinjaman). Saya dapat pinjaman waktu itu Rp 15 juta, saya belikan peralatan. Setelah itu, pesanan semakin banyak," ujar Popop.
Dalam membuat busur dan anak panah, Eddy Roostopo selalu menjaga kualitas.
Bambu yang digunakan sebagai tumpuan tali pelontar anak panah hanya menggunakan bambu jenis petung yang berusia 8 tahun. Sementara untuk pegangan busur, ia menggunakan kayu jenis sonokeling, sawo, dan tekik.
Popop menuturkan, semua orang bisa membuat busur panah. Namun, membuat busur panah yang sesuai dengan karakter pemakainya bukanlah pekerjaan mudah.
"Semua orang bisa membuat busur, tetapi kalau busur yang tepat dengan orangnya (pemakainya) itu tidak semua orang bisa. Karakter orang dan karakter busur harus sesuai," kata Popop.
Pesanan untuk Popop pun datang dari hampir seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Kalimantan, hingga Papua.
Soal harga, satu set senjata panah yang terdiri dari satu busur dan 12 anak panah rata-rata ia jual dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Harga tersebut menyesuaikan spesifikasi, bahan, dan hasil akhir.
Dalam sebulan, Popop mengaku bisa menjual sekitar 40 busur. Namun, permintaan kini menurun di tengah pandemi Covid-19.
"Sebelum Covid-19, saya bisa menjual sekitar 40 busur dalam satu bulan. Tetapi selama Covid ini, paling-paling seminggu dua (busur). Satu bulan maksimal 10," ucapnya.
Meski kini usahanya turut terdampak pandemi Covid-19, Eddy Roostopo tak pernah putus asa. Tangan-tangan terampil Popop tetap tekun mengerjakan setiap pesanan busur dan anak panah yang ia terima.
Kecintaan Popop terhadap panahan khususnya jemparingan memang begitu besar. Tak hanya membuat busur dan anak panah, ia juga dengan senang hati melatih siapa saja yang ingin berlatih memanah.
"Saya ingin tetap melestarikan jemparingan, saya ingin menyebar virus jemparingan. Saya berharap, jemparingan bisa masuk ke PON lagi," kata Eddy Roostopo mengakhiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.