TOKYO, KOMPAS.com - Olimpiade Tokyo 2020 yang usai pada Minggu (8/8/2021) ternyata menyisakan pengalaman tak enak.
Setidaknya, lantaran kebijakan tanpa penonton pada sepanjang perhelatan Olimpiade Tokyo 2020, sektor hotel dan restoran, khususnya di Tokyo, terpaksa tekor.
Baca juga: 3 Hal Tak Terlupakan dari Olimpiade Tokyo 2020
Riset Nomura terkini menunjukkan di sektor itu, tercatat angka kerugian hingga 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,4 triliun.
Sementara itu, catatan juga menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang patut dikenang dari Olimpiade Tokyo 2020.
17 rekor dunia
Olimpiade Tokyo 2020, dari segi prestasi menorehkan 17 rekor dunia.
Dari 17 rekor dunia ini, cabang olahraga dayung memboyong pencapaian 5 rekor dunia.
Sementara, 3 rekor dunia merupakan sumbangan dari cabang atletik.
Pelari putra asal Norwegia, Karsten Warholm memecahkan rekor 400 meter lari gawang.
Kemudian, pelari putri AS Sydney McLaughlin menjadi pencipta rekor baru dunia pada nomor 400 meter lari gawang.
Selanjutnya, pelari putri Venezuela Yulimar Rojas juga menciptakan rekor baru dunia untuk nomor lompat jangkit.
Berturut-turut, rekor dunia tercipta di balap sepeda (3 rekor) dan renang (6).
Menembak dan debutan cabang olahraga baru di Olimpiade, panjat tebing mencatatkan masing-masing satu rekor baru dunia.
Selanjutnya, atlet angkat besi Georgia, Lasha Talakhadze, mencatatkan sekaligus tiga rekor baru dunia di kelas putra 109 kilogram untuk angkatan snatch, clean & jerk, dan total angkatan.
Tanpa penonton