Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Eksklusif Muamar Qadafi Bagian 1, Awal Kisah Perjalanan

Kompas.com - 07/08/2021, 14:00 WIB
Mochamad Sadheli ,
Farahdilla Puspa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kejutan demi kejutan hadir pada ajang Olimpiade Tokyo 2020 cabang olahraga (cabor) bulu tangkis. Salah satunya adalah pencapaian fenomenal pebulu tangkis tunggal putra asal Guatemala, Kevin Cordon.

Kevin Cordon menjadi orang pertama asal Benua Amerika yang mampu menginjakkan kakinya di empat besar tunggal putra event empat tahunan Olimpiade.

Di balik pencapaian final itu ternyata ada tangan dingin pelatih asal Indonesia, Muamar Qadafi.

Kompas.com berhasil mewawancarai Muamar Qadafi secara eksklusif. Qadafi tidak sungkan bercerita awal kisahnya merantau ke Benua Amerika, mulai dari Peru hingga awal Agustus lalu membawa Guatemala mencetak sejarah.

Baca juga: Profil Kevin Cordon, Anak Didik Pelatih Indonesia yang Ukir Sejarah di Olimpiade Tokyo

Berikut hasil wawancara Kompas.com bersama Muamar Qadafi

Wawancara pelatih bulu tangkis Guatemala, Muammar Qadafi (kiri bawah), bersama wartawan Kompas.com, Jumat (6/8/2021) malam WIB.Screenshoot Zoom/Mochamad Sadheli Wawancara pelatih bulu tangkis Guatemala, Muammar Qadafi (kiri bawah), bersama wartawan Kompas.com, Jumat (6/8/2021) malam WIB.

Profil Muamar Qadafi

Nama: Muamar Qadafi
Tempat lahir: Solo, Indonesia
Tanggal lahir: 30 Oktober 1981
Karier pemain: PB Djarum (1994-2000)
Karier pelatih: 2001-sekarang

 

Bagaimana perjalanan Muamar Qadafi bisa sampai ke Guatemala?

Sebenarnya perjalanannya panjang bisa sampai berkelana ke Guatemala karena sudah 16 tahun. Tetapi, semua berawal dari tahun 2005 di Peru.

Waktu itu, dua teman saya dari PB Djarum, namanya Roy Purnomo sama Agustino Sasono. Mereka ini mendapat tawaran untuk sparring partner di tim nasional bulu tangkis Peru.

Kebetulan pelatih Peru, Ge Cheng, mau mengundurkan diri untuk mengikuti program dari BWF. Kemudian Ge Cheng bercerita ke dua teman saya itu.

Lalu, teman saya menghubungi, menyakinkan saya soal kelangsungan saya di sana. Awalnya saya ragu karena di PB Djarum dari segi fasilitas dan jaminan masa depan yang diberikan sudah sesuai standar.

Baca juga: Muamar Qadafi dan Jejak Pelatih Bulu Tangkis Indonesia yang Sukses Bersama Negara Lain

Tetapi, ada satu hal yang membuat saya yakin untuk berangkat ke sana adalah sistem di Indonesia yang saat itu hanya pemain-pemain yang di timnas saja yang bisa berkompetisi di kancah international. Sementara klub belum bisa dan hanya berkompetisi lokal saja.

Kemudian hal itu berhubungan dengan impian saya, mimpi saya sebagai seorang pelatih bisa menjadi bagian di event-event besar seperti Sudirman Cup, Thomas Cup, World Champion, sampai Olimpiade ini ya.

Tapi kalau saya di sini, nanti kiprahnya hanya lokal saja. Jadi, saya harus keluar ini. Meski ke depan bukan event besar, tetapi itu paling enggak internasional series. Itu akan menambah pengalaman dan wawasan saya.

Dari situ, saya yakin untuk ambil aja berangkat ke Peru, kalau nggak salah Maret/April 2005.

Baca juga: Daftar 5 Atlet Indonesia Peraih Medali Olimpiade Tokyo 2020

Lika-liku di Peru

Pertama, di Peru itu banyak lika-likunya. Paling awal adalah perbedaan culture bulu tangkis, sistem mereka yang sangat berbeda, fasilitas juga. Banyak kendala.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com