JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang dari 100 hari jelang pembukaan Olimpiade Tokyo pada 23 Juli 2021, Jepang masih mencatatkan angka kematian tinggi pandemi Covid-19.
"Angka kematian mencapai 10.000 orang," kata pernyataan terkini Kementerian Kesehatan Jepang, Rabu (14/4/2021).
Angka kematian itu, bila dibandingkan dengan berbagai negara di dunia mungkin lebih kecil.
Namun, angka itu menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia.
Pada saat sama, angka pandemi Covid-19 mencatatkan pertumbuhan hingga 1.000 kasus di Osaka.
Baca juga: Olimpiade Tokyo, Masih Pandemi, Uji Coba Marathon Hanya Diikuti 93 Pelari
"Ini peningkatan jumlah yang tinggi kali pertama di Osaka," kata pernyataan pemerintah Kota Osaka.
Pada pertengahan Februari 2021, Jepang melakukan vaksinasi untuk para tenaga medis.
Namun begitu, program vaksinasi melambat lantaran pasokan dari Pfizer yang terkendala distribusinya.
Sementara, vaksinasi untuk kelompok lanjut usia, di atas 60 tahun, berlangsung mulai 12 April 2021.
Jika para atlet jadi mendapat vaksinasi, mereka mesti menanti urutan setelah vaksinasi para lansia.
Terbaru, PM Yoshihide Suga pada Minggu (25/4/2021), mendeklarasikan kembali kondisi negara darurat Covid-19 hingga 11 Mei 2021 untuk Tokyo.
Kebijakan sama berlaku juga untuk tiga prefektur di barat Jepang yakni Osaka, Kyoto, dan Hyogo.
Kesan
Sementara itu, Direktur PT Equityworld Futures (EWF) Hartono Gunawan, pada Rabu (5/4/2021), mengatakan kepada Kompas.com, di tengah pandemi Covid-19, jangan muncul kesan adanya paksaan perhelatan Olimpiade Tokyo mulai 23 Juli 2021 hingga 8 Agustus 2021.
"Masih ada masalah pandemi corona yang dihadapi banyak negara," tuturnya.
Pandemi Covid-19 memang membuat pemerintah Jepang mesti cermat menghadapinya.
Lantaran itulah, lanjut Hartono, banyak negara, mungkin saja tidak jadi mengirim atletnya untuk berlaga.
Penanganan pandemi Covid-19, dalam pandangan Hartono, memang mwemerlukan semacam sistem keluar masuk antarnegara secara sama.
"Kalau sudah ada sistem yang sama, barulah bisa dimulai (Olimpiade)," ucapnya.
Hartono mengambil contoh mengenai vaksinasi yang sedang berlangsung, juga di Ibdonesia.
"Kita memang sudah vaksinasi. Meskipun kita punya bukti, kita sudah vaksinasi, belum tentu kita diterima di negara lain," katanya.
Sejauh ini, lanjut Hartono, banyak negara belum membakukan aturan penerimaan orang keluar masuk antarnegara.
Berkenaan dengan itulah, secara pribadi, Hartono melihat opsi penundaan kembali Olimpiade Tokyo.
"Setidaknya, penundaan hingga pandemi ini berkurang," ujar Hartono.
Pada bagian selanjutnya, Hartono juga melihat bahwa perekonomian Jepang selama sekitar setahun lebih pandemi terbilang relatif stabil.
"Indeks Nikkei memang pernah terkoreksi hingga 23.000. Namun, kini kembali lagi ke 28.000," kata Hartono.
Selain indeks Nikkei, mata uang Jepang, yen, dalam pandangan Hartono, juga menjadi mata uang yang relatif stabil di tengah masa pandemi.
"Ekspor Jepang di masa pandemi ini kan juga stabil," tutur Hartono.
Dalam pergerakan bisnis pada perusahaan yang dipimpinnya, Hartono menerangkan bahwa Nikkei termasuk yang menjadi fokus perhatian, selain harga emas yang diperdagangkan di bursa berjangka.
"Kontribusi bisnis kami, 80 persennya berasal dari produk emas berjangka," kata Hartono.
Sampai dengan akhir 2021, terang Hartono, EWF mematok target volume transaksi hingga 1,1 juta lot dengan penambahan nasabah baru dapat menyentuh angka 5.000 nasabah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.