KOMPAS.com - Seorang atlet di Tanah Air, khususnya pemain timnas Indonesia, akan menjadi idola baik di dunia nyata atau maya.
Mereka yang berlabel timnas Indonesia sudah barang tentu bakal diincar masyarakat Tanah Air di platform media sosial.
Tak heran jika sebagian besar pemain timnas akan mendapatkan status akun terverifikasi dengan centang biru di Instagram misalnya.
Centang biru dengan ribuan atau bahkan ratus ribuan pengikut berdampak positif maupun negatif bagi seorang atlet.
Baca juga: Shin Tae-yong Belum ke Indonesia, TC Timnas U19 ke Spanyol Menggantung
Dari segi finansial, tentu bisa menambah pemasukan di luar lapangan.
Akan tetapi, kehidupan mereka tak sebebas seperti dulu. Centang biru membuat banyak warganet memantau terus kegiatan sang atlet.
Selain itu, penampilan atlet di lapangan juga akan dibawa-bawa ke media sosial.
Jika baik akan dinilai bagus meskipun ada yang tetap memberi kritikan. Apa lagi yang bermain buruk.
Hal tersebut yang membuat legenda hidup timnas Indonesia dan Persija Jakarta, Bambang Pamungkas, menaruh popularitas sebagai musuh terbesar bagi seorang atlet.
Baca juga: Timnas U19 Indonesia Sudah Punya Lawan di Spanyol, Keputusan di Shin Tae-yong
Nama Bambang Pamungkas menggema di pencinta sepak bola, bahkan di dunia cabang olahraga lain.
Akan tetapi, Bambang Pamungkas bisa mengontrol popularitasnya agar tidak mengganggu performanya di lapangan.
"Saya selalu menyampaikan bahwa musuh terbesar seorang atlet ada tiga. Pertama cedera, kejenuhan, dan popularitas," kata Bambang dalam jumpa pers virtual “Pembukaan Biskuat Academy 2020", Kamis (5/11/2020).
"Dari tiga ini yang terberat adalah popularitas terutama di era seperti ini."
Baca juga: Timnas U19 Indonesia Sudah Punya Lawan di Spanyol, Keputusan di Shin Tae-yong
"Itulah kenapa saya selalu menyampaikan bahwa kita harus fokus pada apa yang kita kerjakan dan mengerti siapa kita," tegas pria yang akrab disapa Bepe itu.
Sebagai seorang atlet, lanjut dia, maka penilaian publik terhadap mereka adalah seberapa baik penampilan mereka di lapangan, bukan soal seberapa populer ataupun seberapa banyak jumlah penggemar atau followers di media sosial.
"Karena kadang kalau tidak bisa mengatasi (popularitas) dengan baik (fokus) bisa terpecah. Kalau karier tidak 100 persen, mungkin di lapangannya juga," ucap Bepe dikutip Antara News.
"Dalam apapun profesi kita yang paling utama adalah fokus pada apa yang kita kerjakan. Jangan lupa profesi kita sebenarnya apa," ujarnya.
Baca juga: Timnas U19 Indonesia Sudah Punya Lawan di Spanyol, Keputusan di Shin Tae-yong
"Saya berkarier lama 20 tahun karena saya fokus di sepak bola. Itulah kenapa banyak orang yang jarang melihat saya hadir dalam acara lain di luar sepak bola." tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.