KOMPAS.com - Kali pertama pelatih Shin Tae-yong melatih timnas Indonesia senior, dia menggegerkan pencinta sepak bola Indonesia.
Bagaimana tidak, ucapan pelatih sekaligus manajer timnas Indonesia tersebut tergolong "kasar di telinga" masyarakat Tanah Air.
Shin Tae-yong mengatakan pemain selevel timnas Indonesia tak bisa bermain sepak bola.
"Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini," kata Shin Tae-yong.
"Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?" ujar dia pada 18 Februari 2020.
Baca juga: Bek Timnas U19 Indonesia: Latihan Virtual Bagus, tetapi...
Begitu juga dengan yang dia ucapkan ketika melihat kiper Andritany Ardhiyasa, Nadeo Argawinata, maupun penjaga gawang lainnya, yang dikatakan seperti kakek-kakek.
"Hey, gerakan kamu seperti kakek-kakek umur 60 tahun. Kamu kan masih muda. Ayo, lebih kuat," ujar pelatih asal Korea Selatan itu.
Beruntung, pemain "terhebat" se-Tanah Air tersebut tidak baper alias bawa perasaan atas apa yang diucapkan Shin Tae-yong.
Mereka masih mau dilatih oleh pelatih yang pernah merendahkan skill mereka.
Sejujurnya, mental seperti itulah yang seharusnya dimiliki oleh pemain timnas Indonesia maupun pesepak bola lainnya di Tanah Air.
Baca juga: Raih Kepercayaan Shin Tae-yong, Serdy Ephy Ogah Jatuh di Lubang Sama
Andritany Ardhiyasa cs menunjukkan bahwa cacian adalah cambuk motivasi bagi mereka, terlebih kritik pedas dari seorang pelatih.
Mereka pasti ingin menunjukkan bahwa mereka yang pantas bermain di bawah asuhan Shin Tae-yong dengan label pemain timnas.
Terlepas dari upaya Andritany cs menunjukkan mental tangguhnya, Shin Tae-yong merupakan sosok pelatih tegas, disiplin, dan keras.
Tiga sikap itu memang harus dimiliki seorang pelatih. Namun, faktor budaya kampung halaman Shin Tae-yong sedikit memengaruhi.
Baca juga: Latihan Virtual, Shin Tae-yong Sebut Timnas U19 Tunjukkan Perkembangan Positif
Ya, Shin Tae-yong berasal dari Korea Selatan dan tentu secara tidak langsung membawa budaya asli Negeri Ginseng tersebut ke Tanah Air dan dirasakan oleh pemain timnas Indonesia yang dia latih.
Ungkapan kasar yang pernah terlontar tersebut nyatanya merupakan budaya orang Korea Selatan yang ceplas-ceplos. Salah satunya tertuang dalam istilah gapjil.
Shin Tae-yong dan "gapjil"
Melansir situs Koreatimes.co.kr, istilah gapjil mengakar di Korea Selatan hingga saat ini.
Bentuk dari gapjil seperti penyalahgunaan kekuasaan dan hak istimewa secara fisik, psikologis, atau emosional.
Mudahnya, gapjil mengacu pada situasi saat dua pihak dianggap tidak setara.
Pihak yang berada di atas (gap) menyalahgunakan kekuasaan atau kewenangannya pada pihak lain (eul/bawahan).
Baca juga: Suara Pemain yang Kali Pertama Dipanggil Shin Tae-yong ke TC Timnas U19
Sementara itu, suku kata jil adalah partikel yang ditambahkan pada akhir kata membawa makna negatif pada kata tersebut.
Gapjil kembali menghangat dan jadi perbincangan orang Korea Selatan akhir-akhir karena perilaku kasar, baik secara verbal maupun fisik.
Pelaku gapjil tersebut seperti melecehkan atau melukai fisik seseorang yang "status"-nya di bawahnya.
Dalam hal ini, kedudukan Shin Tae-yong tentu berada di atas pemain meski sang pelatih merupakan "karyawan" dari PSSI.
Baca juga: Shin Tae-yong: Kalau Pemain Timnas Moody, Lebih Baik Pulang
Keberadaan posisi Shin membuat dia leluasa meluapkan apa yang ada di otaknya kepada anak asuhnya. Buruknya, tidak ada filter atau penyaring kata-kata yang mungkin saja melukai perasaan pemain.
Beruntungnya, Shin Tae-yong mengeluarkan emosinya secara verbal, bukan fisik.
Beruntungnya lagi, maksud Shin bagus, yakni membuat anak asuhnya seperti yang dia minta dan tujuannya adalah baik untuk timnas Indonesia ke depan.
Akan tetapi, perilaku gapjil tentunya bertolak belakang dengan budaya Nusantara dan terjadilah culture shock di timnas Indonesia.
Baca juga: Jadi Pelatih Timnas, Shin Tae-yong Merasa Dapat Hak Istimewa
Dalam taraf budaya gapjil, Shin Tae-yong sebenarnya tidak semenakutkan seperti yang terjadi di Korea.
Sebagai pelatih, bukan hal langka jika dia marah kepada anak asuhnya ketika pemain banyak melakukan kesalahan.
Shin hanya menunjukkan ketegasan dan kedisiplinannya agar tim besutan sesuai dengan keinginannya.
Budaya paling kentara yang Shin bawa adalah kejujurannya dan ceplas-ceplos jika ada yang salah dalam pandangannya.
Ceplas-ceplos hampir mirip dengan awal mula perilaku gapjil. Positifnya, Shin tetap akrab dengan para pemain timnas kendati sudah meluapkan emosinya.
Baca juga: TC di Kroasia, Shin Tae-yong Beri Timnas U19 Indonesia Nilai 75
Sebagai penggemar sepak bola, khususnya pencinta timnas Indonesia, saat ini hanya bisa berdoa sembari menikmati proses mereka.
Perlu dinanti kedisiplinan orang Korea Selatan dibawa masuk ke dalam permainan timnas Indonesia...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.