KOMPAS.com - Salah satu tim dari Liga Italia, Atalanta, mengukir tinta emas di Liga Champions di bawah besutan pelatih Gian Piero Gasperini.
Atalanta menjadi salah satu tim yang menyelamatkan wajah sepak bola Italia di pentas paling bergengsi Benua Eropa, Liga Champions.
Klub berjuluk La Dea bukanlah tim yang diunggulkan dalam Liga Champions. Mereka juga berstatus tim debut di Liga Champions musim 2019/2020.
Kendati berstatus tim debut, Atalanta mampu mengukir sejarah baru. Mereka berhasil lolos ke babak 16 besar Liga Champions dan bertemu dengan wakil Spanyol, Valencia.
Baca juga: Lewat Liga Champions, Atalanta Ingin Membasuh Luka
Kemudian, mereka melangkah ke perempat final usai mengalahkan Valencia dengan skor agregat 8-4.
Jauh sebelum mencuri perhatian di Liga Champions, La Dea juga tampil impresif di Serie A, kasta tertinggi Liga Italia, bersama Gian Piero Gasperini.
Eks pelatih Genoa tersebut resmi melatih Atalanta pada tahun 2016. Secara perlahan, dia membawa La Dea dikenal lebih jauh di Italia bahkan dunia.
Musim 2018-2019 yang mungkin menjadi terbaik dan terindah bagi klub asal Bergamo itu.
Atalanta berhasil menorehkan sejarah ke Liga Champions untuk kali pertama sejak klub berdiri pada 1907.
Baca juga: Tinta Emas Atalanta di Liga Champions Dibayar Ribuan Nyawa
Di Liga Champions, tinta emas mereka masih sepenuhnya habis. Masih ada 8 besar hingga final menanti.
Kendati demikian, "otak emas" Gasperini dibuang oleh Inter Milan pada tahun 2011.
Ya, Gasperini pernah menjabat sebagai pelatih Inter Milan dalam kurun waktu yang singkat. Dia hanya sempat mengarsiteki Nerazzurri sebanyak lima pertandingan saja.
"Saya diterima dengan sangat baik oleh orang-orang. Saya jelas memiliki karakteristik saya, Inter adalah peluang besar bagi saya," cerita Gasperini ketika memulai langkahnya bersama Inter pada tahun 2011.
Namun, Gasperini hanya bertahan lima pertandingan tanpa kemenangan. Da dipecat sehari setelah kalah 3-1 dari Novara di Serie A pada 20 September 2011.
Baca juga: Atalanta Ingin Permanenkan Gelandang Chelsea
"Saya tidak tahu apa yang mereka harapkan dari saya, saya tidak ingin mengubah diri saya."
"Mereka semua, bahkan pemiliknya, ingin mempertahankan kebiasaan mereka."
"Saya ingin menghidupkan kembali para pemain, tetapi mereka terlalu manja untuk berlatih dan bermain dengan cara yang berbeda, gaya saya tidak diterima," ungkapnya dikutip Football Italia.
Gasperini terkenal dengan memainkan tiga pemain bertahan dan lima pemain di tengah.
Komposisi tersebut membuat Atalanta beringas dengan banyak kreator di lini tengah sehingga membuat aliran bola begitu hidup.
Baca juga: Kapten Atalanta Luncurkan Proyek Amal untuk Bantu Perangi Corona
"Pada faktanya, Inter bermain dengan tiga pemain di belakang tidak diterima dengan baik."
"Ada beberapa anggapan di kota Milan. Saya sering mendengar bahwa di Eropa Anda tidak dapat membantu (dengan tiga bek), tetapi bermain empat di belakang, tidak seperti itu," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.