Mike Tyson Menyesal Pernah Gigit Telinga Evander Holyfield

KOMPAS.com - Legenda tinju dunia, Mike Tyson menyesal karena pernah mengigit telinga Evander Holyfield.

Mike Tyson, dalam salah satu momen paling kontroversial tinju dunia, menggigit telinga Evander Holyfield ketika keduanya bertanding pada 1997.

Pada pertandingan rematch tersebut, Mike Tyson mengigit telinga Evander Holyfield pada ronde kedua.

Wasit dalam pertandingan tersebut kemudian mendiskualifikasi Tyson karena mengigit sampai putus sebagian kecil telinga Holyfield pada ronde berikutnya.

Alhasil, Tyson gagal membalas kekalahannya dari Holyfield untuk merebut kembali sabuk juara WBA miliknya.

Hubungan antara Tyson dan Holyfield merenggang akibat insiden tersebut.

Tyson baru mendapat kesempatan untuk benar-benar meminta maaf kepada Holyfield ketika menjadi bintang tamu acara The Oprah Winfrey Show pada 2009.

Tyson secara langsung meminta maaf kepada Holyfield dengan disaksikan Oprah Winfrey selaku pemandu acara.

Baca juga: Anthony Joshua Tak Akan Lawan Mike Tyson karena Takut Diejek

Holyfield ketika itu langsung memaafkan Tyson tanpa mengungkit kejadian di masa lalu.

Tyson beruntung bertemu orang seperti petinju berjuluk The Real Deal tersebut.

"Saya benar-benar sangat berterima kasih kepada Evander karena memaafkan saya untuk ini," kata Tyson, dikutip BolaSport.com dari Ring News 24.

"Dia kehilangan sebagian telinganya, saya kehilangan sebagian uang. Uang yang sangat banyak dan saya juga kehilangan lisensi bertinju."

Tyson mengakui bahwa tidak mudah baginya menjalani hidup setelah menggigit telinga Holyfield.

"Yang bisa saya katakan ketika itu. Saya seperti di neraka. Dari menjadi pria ke-10 yang paling dibenci di planet ini, saya menjadi nomor satu."

"Kemudian saya dipaksa membaca surat permintaan maaf yang dibuat-buat pada konferensi pers di Komisi Atletik Negara Bagian Nevada."

"Itu memperburuk keadaan. Saya membaca surat itu ketika hari ulang tahun saya, 30 Juni 1997. Tapi sekarang, saya benar-benar menyesal. Saya dan Holyfield sudah menjadi teman." (Fauzi Handoko Arif)